new threat?

1.8K 178 48
                                    

Jam malam sudah semakin tinggi, semua orang telah kembali ke singgah sana nya masing-masing, memulai malam dengan istirahat guna mengumpulkan tenaga lagi untuk kegiatan esok hari.

Di kamar, tempat paling nyaman bagi mereka, Haein sedang duduk sendirian di atas ranjang, menyandarkan tubuh pada bantal yang di tumpuk di belakangnya. Perlahan tangannya bergulir mengusap lembut perut yang semakin hari semakin membesar itu.

Senyuman terlukis begitu saja di bibirnya tak kala ia mengingat kegiatan mereka di rumah sakit tadi, ia sangat senang karena bayinya selalu baik-baik saja, mereka tumbuh dengan sehat dan sempurna, walau masih butuh cukup waktu untuk terlahir ke dunia dan memulai hidupnya sebagai anak manusia.

"Eomma, Appa dan semua yang ada di sini tak sabar menunggu kelahiran kalian" Gumamnya pelan, mengajak bayi kembar yang berlindung di balik perutnya untuk bercerita.

"Kalian melihatnya? Semua orang sangat bahagia tadi" Gumamnya lagi. Haein tak pernah berhenti bersyukur karena bayinya mendapatkan banyak cinta dari semua orang, walaupun hidupnya dulu penuh dengan penderitaan dan air mata, setidaknya anaknya tak merasakan hal yang sama.

"Kimmy, waktunya minum susu" suara itu terdengar menggema di sana, Haein mengangkat tetap kepalanya untuk melihat ke arah suara walaupun ia sudah tau siapa itu.

"Kimmy" gumamnya pelan seraya terkekeh, sedikit aneh karena sudah lebih dari dua puluh tahun tak pernah ada yang memanggilnya dengan sebutan itu.

"Minumlah"ucap Hyunwoo duduk di pinggir ranjang, menyodorkan segelas susu coklat yang sudah biasa di konsumsi oleh ibu hamil itu.

"Terimakasih Appa" ucap Haein menirukan suara anak kecil, dan tentunya mengundang tawa dari sang suami.

"Wah! dunia ternyata sangat sempit ya?" Ucap Hyunwoo seraya mengelus perut itu yang sudah menjadi rutinitas nya.

"Maksud oppa?" Ucap Hyunwoo setelah selesai menandaskan semua susunya, matanya menyentrit karena tak mengerti apa maksud perkataan sang suami.

"Tentang tadi, aku masih tak menyangka jika istriku ini ternyata anak dari sahabat sekaligus teman bisnis keluarga kita" ucap Hyunwoo menarik tangan Haein ke atas pangkuannya lalu menggenggam nya erat.

"Aku juga tidak tau, aku juga sangat terkejut saat tau bibi Beom ja adalah sahabatnya eomma" ucap Haein, tatapan mata mereka saling bertemu, mereka saling melempar senyuman, tangan Hyunwoo bergerak merapihkan rambut Haein yang sedikit berantakan dan menyelipkan nya kebelakang telinga.

"Ngomong-ngomong nama panggilan mu lucu juga, Kimmy"ucap Hyunwoo membuat mereka berdua kembali terkekeh, ia sengaja mengalihkan pembicaraan agar tidak membahas apapun lagi tentang keluarga istrinya, sudah cukup ia tau dari apa yang di ceritakan oleh bibinya beberapa saat lalu.

"Oppa benar, jujur saja aku bingung kenapa bibi memanggil ku begitu, padahal nama asliku Hong hae-in, itu sangat jauh" ucap Haein

"Tak heran, waktu bayi kau memang terlihat seperti anak bule blasteran, pantas saja bibi memanggil mu begitu" ucap Hyunwoo, saat melihat album foto itu, Hyunwoo sangat kagum karena istrinya benar-benar sangat menggemaskan saat kecil dulu, kini ia bahkan bertanya-tanya mengapa kedua orang tua Haein bisa mampu membenci bayi selucu dan seimut itu.

"Bibi Beom ja tidak pernah berubah, dari dulu sampai saat ini, dia sangat baik" ucap Haein dengan senyuman tipis, bibi Beom ja adalah orang yang sangat di kagumi olehnya, saat ia masih kecil bibi Beom ja selalu menyempatkan diri untuk bermain dengannya saat ia berkunjung, padahal ibunya saja tak pernah melakukan hal itu walaupun mereka serumah, alih-alih mengajaknya untuk bermain, ibunya lebih senang untuk menyiksa nya, sangat miris tapi itu sudah sangat lama, orangnya pun sudah berada di alam yang berbeda, haruskah ia melupakan itu?

Queen Of Tears (Another Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang