#DUAPULUH

325 36 7
                                    

Salina cepat-cepat turun dari atas motor Lian. Ia kembali meminta jawaban dari lelaki itu.

“Kamu bilang apa ke Papa sama Mama?”

Lian mematikan mesin motornya sebelum berbicara. “Saya bilang, saya cinta sama kamu?”

“Kok ngomong gitu?”

Lian melepas helmnya dengan santai. Ia sempat mengibaskan rambutnya yang berantakan, membuat ketampanannya bertambah berkali-kali lipat.

“Cuma itu alasan yang tepat menurut saya”

“Tapi—“

“Buruan masuk. Saya haus banget”

Lian mengajak Salina masuk ke sebuah warung pedagang es kelapa muda di pinggir jalan. Lian sengaja memilih warung es kelapa muda karena ia ingin menambah elektrolit tubuh dan menghilangkan dehidrasi ringan yang dideritanya akibat diare kemarin malam.

“Bang, kelapa mudanya dua”

Lian menoleh ke arah Salina di sebelahnya. “Mau pake gula—“

“Nggak...”. Salina menggeleng pelan. “Saya kelapa muda murni aja, pake es, Yan”

Lian mengangguk.

“Bang, Kelapa muda murninya dua, pake es yaa, Bang”

Setelah memesan, mereka duduk di salah satu kursi yang ada di warung tenda tersebut. mereka duduk berdampingan dan mata mereka langsung berhadapan dengan jalanan di depan sana.

“Cuma itu alasan yang terlintas di kepala saya. Gak mungkin kan saya bilang ke orang tua kamu kalau saya ingin menikahi kamu karena biar kamu gak terus dipaksa untuk menikah"

Salina mengangguk setelah mendengar alasan Lian yang masuk akal itu. “Iyaa sih...”, gumamnya pelan tapi tak lama ia malah  meninju lengan Lian.

“Yaa tapi gak pake alasan kamu cinta sama saya juga. Bilang aja kalau kita berdua ingin menikah karena sudah merasa cocok satu sama lain”

“Gak kepikiran Sal. Ngomong lancar dan gak belepotan di depan Pak Darmaji aja sudah untung banget bagi saya”

Obrolan mereka terputus karena es kelapa muda pesanan mereka datang.

“Oh iya, Yan! Bayaran kamu bulan ini harus saya transfer kemana?”, tanya Salina seraya menyedot air kelapa miliknya.

“Rekening yayasan panti asuhan kemarin”

“Mana nomor rekeningnya?”

Lian yang tadinya sibuk mengerok isi kelapa langsung menoleh menatap Salina di sebelahnya. “Kan sudah saya kirim kemarin”

Salina tersenyum canggung hingga deretan gigi putihnya kelihatan. “Kayanya chat kamu yang itu sudah ke hapus sama saya”

“Bentar”, ucap Lian sambil merogoh ponselnya di saku celana.

“Itu sudah saya kirim”

Salina langsung membuka isi pesan yang dikirimkan oleh Lian.

“Yan?”

“Kenapa lagi?”

Tubuh Salina bergerak mendekat ke arah Lian lalu berbisik pelan. “Saya harus transfer bayaran kamu berapa?”

“Terserah kamu”

Lian menjauhkan tubuhnya agar bisa menatap Salina.

“Satu juta gimana?”

“Terserah kamu, Salina...”

Salina menggeleng pelan. “Nggak... Nggak... kalau satu setengah juta?”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pentas Cinta (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang