“Hah??”
“Apa?!”
Salina yang tadinya sempat mengangguk pelan malah sekarang mendadak berteriak kaget. Ia berdiri dari duduknya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Nggak Yan. Nggak gitu. Bukan itu maksud saya”. Salina kembali menatap Lian yang masih terduduk di pinggir jalan.
“Maksud saya, hubungan palsu kita berakhir. End. Selesai. Ngerti kan?"
"Kenapa Sal?"
"Yaa gak kenapa-kenapa. Berakhir aja gitu"
"Tapi kalau kesepakatan kita berakhir. Kamu pasti bakal dijodohkan sama laki-laki lain pilihan Pak Darmaji"
"Ya-yaa gapapa. Saya rela dijodohkan lagi sama laki-laki lain pilihan Papa saya"
"Apa kamu menerima pernikahan ini dengan senang hati atau kamu bakal ngelakuin hal yang sama kaya gini lagi?"
Salina mengalihkan pandangannya dari Lian. Ia sungguh tak berani menatap Lian kali ini. Sorot mata Lian tampak seolah menekannya, membuat ia kesulitan untuk menjawab.
"Sampai kapan pun saya gak bakal mau terima pernikahan karena perjodohan ini. Jadi ketika saya dijodohkan, saya akan melakukan hal yang sama kaya gini lagi"
Lian akhirnya ikut berdiri, lalu menarik tangan Salina agar wanita itu menatapnya.
“Apa bedanya jika kamu melakukannya sama saya? Toh kita tetap menikah dan bercerai setelah setahun atau dua tahun pernikahan. Kenapa kamu harus susah payah melakukan kesepakatan itu dengan orang lain?”
Salina mengalihkan pandangannya sekali lagi sambil mengusap wajahnya gusar. Ia sungguh dilema sekarang. Menurutnya, ucapan Lian benar adanya. Kenapa ia harus susah payah melakukan kesepakatan ini dengan orang lain yang belum tentu juga orang itu mau melakukannya.
“Yya-yaa... Karena saya gak mau merusak prinsip pernikahan impian kamu itu"
Salina terdiam sesaat lalu kembali memandang Lian yang berdiri di sampingnya.
"Lagian ngapain kamu ngabisin waktu dengan hal yang gak penting kaya gini. Mending kamu cari perempuan yang cintanya tulus ke kamu dan bisa membawa kamu ke pernikahan bahagia yang kamu impikan itu"
Lian memasukkan kedua tangannya ke kantong celananya. Ia menghela napas sebelum berbicara.
“Tau apa kamu soal kebahagiaan saya? Mau saya melakukannya atau tidak. Mau itu pernikahan sungguhan atau tidak dan saya bahagia atau tidak, sepertinya itu bukan urusan kamu. Kenapa kamu begitu peduli dengan perasaan saya?”
Salina menggigit bibirnya. Ia sedikit ketakutan dengan respon Lian. Apa ucapannya menyinggung lelaki itu?
"Kalau pun pada akhirnya saya tersakiti akibat dari kesepakatan ini, itu memang sudah resikonya karena memang dari awal saya sudah menyetujuinya kesepakatan ini. Artinya, saya sudah siap dengan semua kemungkinan dan resiko yang diakibatkan dari hal ini".
Keduanya lantas sama-sama terdiam cukup lama.
“Jadi sekarang gimana?”, tanya Salina bingung. Otaknya sungguh tak bisa diajak untuk berpikir.
“Tetap dengan kesepakatan kita diawal tapi kita ganti ke plan B”
“Kamu yakin soal ini?”, tanya Salina dengan wajah takut-takut menatap Lian.
Lian mengangguk dengan sangat percaya diri. “Saya sangat yakin, Sal”, ucapnya. “secepatnya saya akan menemui pak Darmaji. Kemungkinan besar besok atau lusa”
“Ehm, tapi Yan....”
Lian mengangguk. Ia menatap Salina dan berusaha menyakinkan Salina yang masih tak yakin dengan kesepakatan mereka.
![](https://img.wattpad.com/cover/375478844-288-k566681.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pentas Cinta (On Going)
Hayran KurguPentas cinta adalah sebuah pertunjukkan yang menampilkan sebuah sandiwara cinta yang terpaksa dilakukan oleh seorang wanita demi membatalkan keinginan ayahnya yang terus memintanya untuk segera menikah. Akan tetapi semua rencana yang telah disusun s...