Salina tidak bisa menyembunyikan senyumannya sedari tadi. Ia menatap layar komputer di depannya sambil terus tersenyum senang. Nova yang memandang Salina dari mejanya hanya bisa menatap heran. Tak biasanya Salina bertingkah seperti itu.
“Kesambet apaan lo?”
Salina menoleh menatap Nova yang melirik tajam di sampingnya.
“Nggak ada”
“Halah! Boong lu!”, tunjuk Nova menggerakkan tangannya ke udara seraya melingkari wajah Salina.
Salina diam-diam mengamati sekitarnya sebelum kembali menatap Nova.
“Gue gak jadi ngaku, Nov”, ucap Salina dengan gerakan bibir tanpa mengeluarkan suaranya.
“Hah?”
Nova membelalakkan matanya kaget. Ia langsung menggeser kursinya menuju meja kerja Salina.
“Yang bener lo??”
Salina hanya manggut-manggut.
“Lanjut sampai nikah, maksudnya?”, bisik Nova pelan. Yang sekali lagi, hanya di jawab anggukan kepala oleh Salina.
“Jadi sekarang ini lu seneng karena jadi nikah sama Lian?”
“YA GAK LAH!”
Nova mengelus lengannya yang barusan saja ditepuk oleh Salina. Ia juga menatap sewot ke arah Salina. "Yaa kalau nggak, jawabnya biasa aja. Gak perlu sampai segitunya”
“Gue tuh seneng karena akhirnya Papa gak akan lagi nanyain ke gue soal pernikahan. Jadi sekarang gue bebas, sebebas-bebasnya”
“Bebas darimana? Kan lu nikah sama Lian?”
Salina menggerakkan tangannya, meminta Nova untuk bergeser lebih mendekat ke arahnya.
“Kan pernikahan gue sama Lian cuma untuk status doang, Nov. Selebihnya yaa gue dan dia hidup dan menjalani kehidupan masing-masing”
Nova hanya diam sambil menatap ke arah Salina.
“Ternyata dia gak sesulit yang gue bayangkan. Dia tuh gampang banget diajak kerja sama, gampang diajak ngelakuin ini dan itu. Pokok gak sulit dan gak ribet, deh! Dan yang paling penting nih... Gue gak perlu lagi susah-susah untuk ngarahin dia. Dia tau mana yang perlu dilakukan dan mana yang gak perlu dilakukan”
Salina menatap Nova sambil mencengkeram erat kedua lengan wanita itu. “He is a perfect partner, Nov”
Nova mencebikkan bibirnya lalu kembali menggeser kursi kerjanya untuk kembali ke tempatnya. “Awas! Ntar jatuh cinta baru tau rasa lu!”
Salina melipat kedua tangannya di dada sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. “Gak akan! Lagian nih yaaa gue gak cinta sama dia, dia juga gak cinta sama gue. Gimana kami berdua mau jatuh cinta?”
Nova mengeryitkan keningnya. Ia kembali menggeser kursinya ke arah meja kerja Salina. “Tau dari mana lo kalo dia gak cinta sama lo?”
“Dari gerak-geriknya. Orang mah kalo cinta pasti gak akan bisa ngelakuin apa yang diminta sama orang yang dia suka. Boro-boro mau ngelakuin, ngomong aja pasti belepotan"
Salina lantas menyenggol-nyenggol lengan Nova sambil alisnya naik turun. "Kaya waktu lo diajak satu kelompok penelitian sama crush lo pas kuliah. Belum apa-apa udah keringat dingin duluan, udah deg-degan duluan”.
Salina tertawa pelan mengingat kejadian beberapa tahun silam itu.
Nova yang mendengar Salina tertawa hanya berdecak sebal lalu kembali ke meja kerjanya. “Yeeeuuu kenapa jadi bahas gue”
KAMU SEDANG MEMBACA
Pentas Cinta (On Going)
FanfictionPentas cinta adalah sebuah pertunjukkan yang menampilkan sebuah sandiwara cinta yang terpaksa dilakukan oleh seorang wanita demi membatalkan keinginan ayahnya yang terus memintanya untuk segera menikah. Akan tetapi semua rencana yang telah disusun s...