07

9.2K 1K 32
                                    

Wajahnya itu cemberut, pipinya menumpu pada bahu lebar Andreas kaki yang ia gerakan maju dan mundur dikarenakan tubuhnya yang di gendong ala koala oleh sang papa. Merasa sebal karena Andreas dengan keras kepala memaksa untuk menggendongnya beralasan bahwa dirinya tidak boleh sampai kelelahan.

Mendelik saat Emilio dan Mikhael menahan tawa saat melihatnya, sedang Orion hanya menatap sang kakak datar namun tak ayal di balik wajah datarnya itu, ia merasa terhibur dengan raut Aurelian sekarang.

"Jangan cemberut begitu kak. Kasian bebek karena merasa tersaingi oleh mu." Celetuk Emilio mengundang perkara bagi Aurelian yang tengah sensitif itu.

Aurelian langsung menyembunyikan wajahnya di leher Andreas, entah mungkin karena faktor ia baru bisa merasakan kedekatan antar keluarganya membuat Aurelian menjadi lebih cengeng dan manja dari biasanya. Apa inner childnya muncul? Dimana sisi dewasa dan kesabaran yang selalu Aurelian miliki selama ini pergi?

"Cie yang lagi di gendong sugar daddy." Ujar Mikhael ikut menggoda kakak menggemaskan dari temannya itu.

Aurelian kembali menegakkan tubuhnya dengan tiba-tiba membuat Andreas yang tengah menggendongnya sedikit terkejut hingga langkahnya terhenti seketika, "ada apa?" Tanyanya pada Aurelian saat mata bermanikan madu itu menatapnya begitu dalam.

Seolah tengah melakukan scan, mata Aurelian menganalisis sang papa dari atas hingga bawah lalu kembali lagi ke atas, tangannya menyentuh pipi Andreas yang sedikit di tumbuhi janggut tipis, setelahnya mengangguk puas dan memeluk Andreas kembali dengan erat, "um! Ini sugar daddynya Lian."

Tangannya masih mengelus rahang tajam sang papa dengan pandangan menatap wajah yang selalu menjadi pusat kekaguman baginya. Aurelian begitu menghormati sosok Andreas selaku ayahnya selama ini, tidak pernah sekali pun terlintas di pikirannya untuk membenci Andreas setelah perlakuan tidak baik yang ia dapatkan.

Justru perubahan Andreas malah membuat Aurelian semakin menyayanginya, "papa tidak mau mencukur janggut? Lian geli melihatnya." Ujarnya setelah beberapa kali mengelus-elus rahang Andreas.

Menarik tangannya spontan saat menyadari bahwa kata yang di ucapkannya tidaklah sopan, "maaf papa, Lian tidak bermaksud." Katanya kemudian.

Andreas kembali melangkahkan kakinya setelah percakapan kecil itu, mengelus punggung kecil dari putra ketiganya dengan lembut, "tidak apa-apa. Saat pulang nanti papa akan mencukurnya."

Bukannya merasa tenang Aurelian justru malah semakin merasa bersalah, "jika papa menyukainya tidak apa. Jangan mendengarkan perkataan Lian."

"Tidak, papa memang ingin mencukurnya sedari lama, hanya saja belum sempat. Tidak perlu berkecil hati begitu boy. Papa sudah mengatakan jika papa akan mendengarkan apapun yang kau katakan."

Mengeratkan pelukannya pada leher kokoh sang papa, Aurelian menghirup aroma menenangan dari tubuh Andreas saat wajahnya semakin tenggelam di ceruk leher itu, "terimakasih papa."

Menghela nafas pelan, Andreas selalu di buat sesak saat putra ketiganya itu mengatakan terimakasih untuk hal-hal yang menurutnya tidak perlu. Mungkin, karena perilakunya dulu, hingga sebuah tindakan kecil ini begitu berarti bagi Aurelian dan hal itu semakin membuat rasa bersalahnya semakin dalam.

"Apapun untuk mu boy. Apapun."

Kini mereka sudah sampai di parkiran, Andreas mendudukan Aurelian di kursi penumpang sebelah kemudi, lalu ia berbalik menatap datar si bungsu dan kedua temannya, "pergi ke kelas!" Titahnya.

"Tidak mau." Tolak Orion cepat. Dirinya ingin ikut bersama Andreas untuk memastikan keadaan kakak manisnya, rasa bersalah akan hal lalu masih menghantui pikirannya sampai sekarang. Orion takut jika nanti terjadi sesuatu yang membahayakan lagi Aurelian.

Hyacinth [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang