20

3.2K 579 12
                                    

"Efek kemoterapinya sudah mulai terjadi. Untuk beberapa hari kedepan saya akan memantau kondisi tuan muda untuk melihat seberapa jauh efeknya berlangsung, mengingat ini baru sesi pertama kemoterapinya."*

"Jika ada kemungkinan tuan muda tidak kuat untuk kemoterapi saat ini, saya akan menundanya beberapa saat. Namun... Saya harap tuan muda bisa bertahan. Karena jika seperti itu, ditakutkan penyebaran sel kanker malah semakin cepat."* Jelas dokter Frans setelah ia selesai memeriksa Aurelian.

(*) seperti biasa guys, kalau ada kekeliruan, dikoreksi saja ya.

"Lakukan apapun itu, Frans. Anak ku, dia harus baik-baik saja." Andreas duduk di kursi tepat disamping ranjang pesakitan Aurelian, menggenggam erat tangan sang anak yang berbaring lemah tak sadarkan diri, akibat dari obat yang dokter Frans berikan padanya.

"Baik tuan. Seperti perintah anda, saya akan melakukan yang terbaik untuk memastikan kesembuhan tuan muda Aurelian." Frans menunduk, kini di bahunya ia mengemban sebuah tugas berat lainnya. Keselamatan tuan mudanya yang baik hati itu akan selalu Frans utamakan.

Dimata Frans, Aurelian adalah sosok yang baik hati dan lembut. Anak itu sangat manis kala tersenyum, tapi Frans tahu jika dibalik itu semua Aurelian menjalani kehidupan yang tidak mudah. Kerap kali bertemu kala anak itu sakit, tidak ada seorang pun dari keluarga Wilhelm yang menjaganya. Frans pernah bertanya pada Aurelian pasal hal itu, tapi anak itu selalu mengatakan bahwa papa dan saudaranya tengah sibuk, dan ia baik-baik saja berada di rumah sakit sendiri.

Hanya saja, tidak sekali dua kali Frans melihat Aurelian menatap jendela dengan pandangan kosong seperti tengah memikirkan sesuatu dan nampak tidak bergairah.

Saat pertama kalinya Andreas membawa anak itu untuk melakukan medical chek-up kesehatan, sebenarnya Frans dibuat cukup kaget. Sangat tumben sekali tuannya yang biasa tidak pernah terlihat dekat dengan Aurelian mendadak berubah lembut dan khawatir berlebihan.

Namun saat hasil lab keluar, Frans akhirnya mengerti. Tuannya itu pasti menyesal, entah apa kesalahan yang diperbuat Andreas sebelumnya pada Aurelian, Frans dapat membacanya dari tatapan mata Andreas saat itu.

Menghela nafasnya pelan, "kalau begitu, saya permisi tuan, tuan muda. Anda bisa memanggil saya jika membutuhkan atau terjadi sesuatu." Pamitnya undur diri pada Andreas dan putra-putranya yang turut berjaga disana.

Helaan nafas berat keluar dari mulut Andreas, mata kelamnya terarah pada Aurelian, mengulurkan tangannya, ia mengusap pelan pelipis anaknya menampakan kesenian yang dalam, tetapi bibirnya tidak sedikit pun berucap apapun. Hanya saja, hatinya terus berdoa untuk kesembuhan anaknya.

Dering telepon berasal dari ponsel milik Orion, si bungsu mengeluarkan benda pipih itu dari saku celananya, mengecek siapa yang menghubungi tanpa ada niatan untuk menjawabnya.

Tetapi suara yang menyebalkan itu kembali terdengar membuat Orion berdecak dan dengan enggan mengangkatnya, "apa?" Suaranya terdengar dingin menunjukan bahwa kini dirinya tengah tidak mau di ganggu.

"Kau dimana Rion? Pelatih mencari mu. Kita harus berlatih untuk pertandingan lusa." Suara Emilio terdengar dibalik sana.

"Aku ada urusan." Jawabnya singkat dan kembali menutup sambungan teleponnya tanpa mendengarkan perkataan selanjutnya dari Emilio.

Lysander selaku yang paling tua mendekat dan mengambil suara, "pergilah. Kau saat selesai latihan kau bisa kembali kemari. Kau juga Calix." Titahnya pada kedua adiknya itu.

"Tapi kak-"

"Aku tidak menerima bantahan Orion. Ingat jika Aurelian sangat menantikan pertandingan mu, jadi berlatihlah dan tunjukan padanya kemampuan terbaik mu nanti."

Hyacinth [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang