13

6.8K 766 20
                                    

Mereka makan malam dengan tenang melakukan aktivitas seperti sebelumnya- berkumpul di ruang utama sambil menonton film bersama dan memakan cemilan malam. Brownies yang di bawa Andreas saat pulang kembali ludes di nikmati oleh putra-putranya, terutama Aurelian yang terlihat sangat menyukainya.

Saat memakan kue itu pipinya menggembung dengan lucu seperti tupai yang tidak mau jika biji kenarinya di curi oleh orang lain. Nampak sangat lucu hingga Andreas dan anak-anaknya yang lain pun terus menyuapi mulut hingga penuh. Tetapi setelah itu bilah bibir Aurelian akan kembali terbuka bersiap untuk menerima suapan lainnya.

Hal itu terjadi berulang-ulang dan hampir sebagian brownies habis oleh putra ketiganya. Biarlah mereka ikut senang dengan hal itu, mereka bahkan sudah merasa puas hanya melihat Aurelian menikmati kue sampai Andreas berpikir untuk membelikan brownies lebih banyak lagi.

"Jangan lakukan itu pa." Calix tiba-tiba saja berujar sedang tangannya sibuk memasukan buah strowberi ke mulut adiknya, "mengkonsumsi makanan manis terlalu banyak tidak baik untuk kesehatannya. Untuk besok jangan beli kuenya lagi."

Putra keduanya itu seperti mengetahui arah pikiran sang papa hingga langsung menyela dengan tepat. Andreas nampaknya lupa soal gula yang bisa menyebabkan diabetes rupanya, "maaf, papa lupa."

Merutuki diri, hampir saja ia menumbuhkan penyakit lain di tubuh Aurelian. Andreas melanjutkan kegiatannya lagi membaca untaian kalimat di file dokumen yang ada di tabletnya dengan teliti membiarkan anak-anaknya melanjutkan kegiatan mereka lagi.

Orion yang menggoda kakak manisnya, tangan Orion menoel pipi Aurelian sedikit di buat gemas karena terasa begitu lembut dan kenyal saat di sentuh layaknya mochi. Meskipun lemak di pipi Aurelian tidak terlalu ketara, tapi kala anak itu menggembungkan pipinya wajahnya menjadi terlihat lebih bulat.

Mata belo bermanikan coklat madu bersinar kala terpapar cahaya matahari, kilau dari binarnya semakin indah apalagi setiap mengedip mata itu seperti penuh dengan air hingga terlihat seolah ada kaca yang melapisi, begitu mempesona apalagi kala memantulkan cahaya.

Bibirnya lembab berwarna merah muda seperti bunga sakura, mengundang gemas siapa pun sekedar menciumnya, rengekan manja yang halus menjadi salah satu hal candu Orion untuk mengganggu waktu tenang Aurelian.

"Diam Rion! Tangan mu menghalangi pandangan ku." Aurelian berseru saat tangan Orion dengan jahil menutup pandangannya hingga ia tidak bisa melihat film yang terputar di televisi.

Dirinya tengah berbaring dengan kepala berada di pangkuan Calix, kakaknya itu sedari tadi terus menyuapi mulutnya dengan buah-buahan segar, "Rion-ump!"

Calix memasukan potongan buah itu ke dalam mulut Aurelian sebelum anak itu berhasil menyelesaikan perkataannya. Mata itu menatap kearahnya penuh protesan, "apa?" Tanya Calix datar.

Menguyah cepat dan menelannya, Aurelian pun bangkit dan duduk berhadapan dengan Calix, alisnya menekuk tajam dengan sorot yang sama, "Lian belum selesai bicara kak Cal."

"Begitu?"

Mengangguk seolah mengerti bahwa ia tidak akan melakukan hal itu lagi, tapi saat Aurelian hendak menegur Orion lagi, potongan buah itu kembali masuk kembali kedalam mulutnya, hingga rengekan pun terdengar memanjakan telinga Calix dan Orion, "kakak."

Ah, rasanya candu sekali.

Orion dan Calix saling melirik satu sama lain dengan bisnis yang sama, seperti tengah berkomunikasi satu sama lain hanya lewat tatapan keduanya mengangguk dan tersenyum, 'senang berbisnis dengan anda.'

Ternyata mereka bersekongkol :)

Aurelian yang melihat itu tentu tidak tinggal diam, ia beralih pada Lysander berharap bahwa kakak sulungnya itu akan membela dirinya, "kak Sander..." berucap dengan nada merajuknya Aurelian pun menumpukan dagunya pada paha Lysander manja.

Hyacinth [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang