Orion adalah yang paling duluan pulang, ia masuk ke dalam mansion di ikuti oleh Mikhael dan Emilio di belakangnya. Kedua temannya itu memaksa ikut pulang ke kediaman Wilhelm dengan alasan bahwa mereka ingin bertemu Aurelian, tentu saat mendengarnya Orion tidak langsung memperbolehkannya. Memang siapa mereka hingga ia harus membiarkan Emilio dan Mikhael bertemu dengan kakak manisnya?
Tapi tetap saja, meskipun di larang keras kedua temannya itu tetap saja menerobos pertahanan kokoh Orion, me nyelonong masuk kedalam mansion tanpa tahu malu langsung menuju ruang utama meninggalkan Orion di belakang sana yang menghela nafas lelah karena tingkah temannya yang seperti monyet- ups!
Kala manik kelam Orion melihat sang kakak tertidur di karpet berbulu halus yang tebal, dengan sigap ia membekap mulut Emilio dan Mikhael agar keduanya tidak membuka mulut yang menyebabkan kakaknya itu bangun.
Melirik pada seorang penjaga yang berdiri di salah satu sisi ruangan, "apa yang dilakukan kakak ku seharian ini hingga ia tertidur disini?" Katanya.
Banyak buku berserakan di karpet berbulu tempat Aurelian tidur, satu buku lainnya ada di dada kakaknya yang terlentang. AC yang terpasang pun di setel hingga tidak membuat Aurelian kepanasan atau pun kedinginan karenanya.
Kakak manisnya nampak sangat lelap hingga ia tidak tega untuk membangunkannya hanya untuk sekedar meminta Aurelian pindah ke kamar agar lebih nyaman.
"Tuan muda Aurelian hanya pergi ke perpustakaan dan ke taman milik mendiang nyonya, tuan muda." Jawab penjaga tersebut.
Perpustakaan yang di maksud adalah perpustakaan pribadi yang memang di buat oleh Andreas sebagai tempat santai sekaligus membaca dan belajar bagi dirinya dan anak-anaknya. Banyak sekali buku koleksi di perpustakaan itu, baik buku pelajaran hingga buku-buku filosofi. Tapi sayang sekali tidak ada novel karena mereka tidak terlalu menyukainya.
"Kak Lian lucu sekali." Pekik Emilio tertahan, ia hampir saja berteriak gemas jika ia tidak melihat tatapan ganas yang dilayangkan Orion.
"Boleh aku bawa pulang? Aku ingin mendandaninya dengan baju onesie kucing." Mikhael menyaut terdengar seperti mengundang perang dengan Orion.
"Pergi kalian dari sini!" Usir Orion tajam sudah mulai kesal pada keduanya.
"Rion, kau harus berbagi."
Delikan Orion berikan pada Mikhael yang menyentuh bahunya.
"Orang serakah tidak akan di sayang kak Lian." Timpal Emilio menceramahi sang teman dengan pandangan seperti orang paling benar.
"Berisik!" Geram Orion mengundang kekehan kecil dari kedua temannya itu karena merasa puas sudah menggoda habis Orion, si sosok paling dingin dan egois di antara ketiganya.
Mendekat, Orion kemudian bersimpuh di sisi Aurelian yang tertidur pulas, mengusap pelan kepala sang kakak, Orion secara perlahan menarik buku yang ada di dada Aurelian. Setelah itu menaruhnya di atas karpet, sedikit membuat kakaknya bergerak tak nyaman.
Orion menunduk mendekatkan telinganya pada dada Aurelian, mengusap dada yang naik turun secara teratur itu lembut kemudian kembali menegakkan tubuhnya saat ia sudah puas mendengar detak jantung sang kakak yang terdengar beraturan.
Dengan gerakan perlahan Orion mengangkat tubuh Aurelian berniat untuk memindahkan kakaknya ke kamar. Tetapi Aurelian yang merasakan gerakan tersebut membuka matanya, mengerjap memfokuskan pandangan hingga manik sayunya bertemu dengan manik kelam Orion, "adik sudah pulang?" Tanyanya lirih.
Orion mengangguk pelan sebagai jawaban.
Menepuk bahu adik bungsunya itu pelan, "selamat datang."
"Hm, aku pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hyacinth [Hiatus]
Random[Brothership, Familyship, & Bromance Area] [Not BL!] . . . Perlakuan kasar juga sikap acuh tak acuh menjadi landasan penyesalan mereka saat melihat tubuh itu terbaring kaku di ranjang pesakitan setelah sebelumnya di tangani oleh dokter. Satu kali...