16

5.3K 701 11
                                    

Para Wilhelm melaksanakan sarapannya dengan seksama. Hidangan yang tersuguh adalah definisi dari empat sehat lima sempurna, penuh gizi sekali. Andreas dan yang lainnya menyiapkan segala hal dengan matang, dari mulai makanan, cemilan, hingga aktivitas apa saja yang boleh Aurelian lakukan.

Tidak membiarkan si manis menikmati menu itu sendiri, pun Andreas dan putra-putranya yang lain ikut memakannya. Hitung-hitung sebagai upaya dukungan mereka untuk kesembuhan Aurelian, dan lagi bukan kah dengan ini mereka juga akan ikut mendapatkan hasilnya nanti, seperti tubuh yang sehat karena serat yang terpenuhi.

Aurelian yang tengah makan pun mengedarkan pandangannya merasa sedikit janggal kala ia melihat Orion, beralih menatap dirinya sendiri, "papa! Lian sekolah hari ini!" Pekiknya panik.

Sedang Andreas malah masih santai menikmati hidangannya, "kau tidak akan masuk sekolah lagi mulai sekarang."

"Loh, kenapa?"

"Kau akan homeschooling, adik."

Tatapannya beralih pada Lysander yang tengah minum, menatap protes pada sang kakak, "Kenapa- oh, terimakasih kak Cal." Calix dengan cepat menyalip memberikan garpu yang sudah tertusuk oleh udang kesukaan adiknya, menyuapkan hal itu ke mulut kecil Aurelian agar si manis tidak melayangkan protesnya.

Begitu polos hingga membuat Orion yang ada di sisi lain si manis menahan tawa, tapi tentu perbuatan Calix itu pun langsung mendapat tatapan tajam dari Aurelian, "kak Calix, Lian kan masih protes!"

"Sudah kak, jika kau memang ingin sekolah cepat habiskan makan mu dan minum obatnya. Aku akan menunggu." Sahutan dari Orion mendapatkan respon yang berbeda. Aurelian dengan aura cerahnya mengangguk dan lanjut menyantap makanannya, sedang tiga sisanya mengkerutkan dahi di balas sebuah tanda diam dari si bungsu.

Menghabiskan makannya dengan cepat, tepat setelah ia meminum obatnya, Aurelian langsung berlari ke arah lift, dirinya yang bersemangat bahkan tidak mempedulikan tatapan tajam dari papa dan saudaranya.

"Jadi, bisa kau jelaskan maksud mu itu Orion?" Tanya Lysander menatap tajam adik bungsunya.

Orion bangkit dari posisinya dengan tas yang tersampir di bahu, dan sebuah senyuman tersemat di bibirnya, "kau percaya jika aku akan menunggunya, kak? Aku akan berangkat sekarang. Dan aku sarankan kalian juga." Si bungsu berjalan acuh, melambai pada papa dan kedua kakaknya.

Melihat itu Andreas pun mendengus, "Orion benar. Berangkatlah sebelum Lian turun." Ujarnya yang di angguki kompak oleh Lysander dan Calix.

"Kami akan menyalahkan Orion jika nanti Lian marah." Ucap Calix sebelum pergi.

Lysander pun tersenyum seolah menyetujui hal itu, "kami berangkat."

Andreas menggeleng pelan, kini dirinya lah yang harus menghadapi terlebih dahulu kemarahan dari putra ketiganya itu. Suara langkah kaki yang terdengar mendekat, Andreas tetap acuh dan menikmati secangkir kopi di pagi hari, Aurelian datang dengan tangan menenteng tas dan jas almamaternya.

"Papa! Dimana Orion?! Lian tadi dengar suara motornya, apa dia sudah berangkat?" Tanyanya terlihat sedikit panik, "jangan bilang kak Sander dan kak Calix juga?" Lanjutnya saat melihat meja makan sudah kosong menyisakan Andreas seorang.

Menaikan bahunya, wajah Andreas terlihat sedikit memberengut, "begitulah."

"Dasar Orion pembohong!"

.
.
.


Hari itu di habiskan dengan Aurelian yang mengacuhkan Andreas. Anak itu akan menjawab seperlunya saat sang papa bertanya dan selebihnya akan diam memilih untuk fokus pada buku bacaan di tangannya. Ia yang tengah berada di perpustakaan sedari dari terus di intili oleh Andreas yang turut uring-uringan. Tidak pernah sekali pun dalam hidupnya Andreas sekhawatir ini kala di acuhkan hingga membuatnya harus putar otak bagaimana cara agar putra manisnya itu tidak marah lagi padanya.

Hyacinth [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang