Orion melajukan motornya dengan kecepatan cukup tinggi, ia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan kakaknya. Bahkan hujan yang turun membasahi tubuhnya pun tidak Orion hiraukan, ia terus menerobos tanpa berniat untuk sekedar berteduh. Turun dari motor dan langsung masuk dengan baju basahnya ke ruang inap Aurelian.
Sedang di dalam sana Aurelian yang tengah menonton televisi dengan ditemani oleh kedua kakaknya menatap pada tetesan hujan yang turun dari langit dengan deras. Ada rasa khawatir dihatinya mengingat Orion dan Andreas masih belum juga menampakan diri. Apa papa dan Orion sudah pulang? Hujannya turun dengan deras sekali. Batinnya.
Gebrakan yang berasal dari arah pintu mengalihkan perhatian dari orang-orang didalamnya, "aku pulang!" Orion berujar cukup keras dan tanpa pikir panjang langsung mendekat pada Aurelian yang duduk diatas ranjang sebelum akhirnya dihentikan oleh Lysander.
"Kau pikir apa yang tengah coba kau lakukan Orion Wilhelm?!" Pertanyaan dingin, tatapan intimidasi Lysander arahkan pada Orion.
Anak itu terdiam kala melihat Aurelian yang berada dipelukan kakak keduanya, kemudian beralih pada tubuhnya sendiri, karena terlampau senang melihat Aurelian baik-baik saja membuat Orion melupakan fakta bahwa keadaannya sekarang bisa saja membuat Aurelian menjadi sakit, "maaf kak." Sesalnya.
Manik madu Aurelian menyorot penuh kekhawatiran pada adiknya itu, "Rion, kau baik-baik saja? Kenapa bisa sampai basah kuyup begitu?"
Menghela nafas, Lysander membawakan handuk dan juga baju ganti yang ada di dalam sebuah lemari kecil yang disediakan di sana, lalu memberikannya pada Orion, "ini, gantilah dulu baju mu, jika tidak kau juga akan sakit. Ku harap baju Lian cukup di tubuh mu, meskipun aku meragukannya."
Orion mengangguk dan masuk kedalam kamar mandi, mengganti bajunya secepat kilat setelah itu langsung kembali mendekat pada Aurelian. Lysander hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah si bungsu yang kelewat lengket pada Aurelian.
"Kakak, baik-baik saja kan? Apa kepala mu masih sakit?" Tanya Orion membuat Aurelian terkekeh kecil.
"Sudah lebih baik. Terima kasih sudah mengkhawatirkan ku." Mengulurkan tangannya membuat Orion kebingungan dengan hal itu, "handuknya. Aku akan membantu mengeringkan rambut mu."
"Jangan! Hah, tidak usah Lian." Lysander kembali membuka suara menghentikan tindakan bodoh adiknya itu. Bukan apa-apa, hanya saja, apakah Aurelian tidak sadar jika kini punggung tangannya itu tengah terpasang selang infus? Astaga.
"Kemari Orion, aku akan mengeringkannya untuk mu." Lanjutnya membuat Orion cengo ditempatnya.
"Ya?" Katanya memastikan jika apa yang di dengarnya itu benar.
Decakan keluar dari mulut Lysander, "aku tidak suka mengulang perkataan ku dua kali." Begitu katanya, namun tatapan mata itu justru berpaling dari kedua adiknya. Apakah seaneh itu jika dirinya menawarkan sebuah bantuan kecil untuk mereka?
Menyenggol pelan lengan Orion, Aurelian pun berucap, "cepat Rion, nanti kau bisa sakit jika rambut mu tetap dibiarkan seperti itu. Tenang saja, meskipun sedikit aneh, aku yakin kak Sander tidak akan sampai menerkam mu."
"Aurelian!" Peringatan yang Lysander keluarkan justru membuat Aurelian tertawa puas.
Sama seperti Orion yang terkejut dengan tingkah perhatian Lysander, dulu saat Lysander mendekatinya seperti itu pun Aurelian sebenarnya sedikit dibuat tidak percaya, mengingat Lysander itu dingin dan cueknya minta ampun.
Tetapi setelah kejadian dimeja makan itu kala Andreas pertama kali berubah, kemudian Lysander pun menjadi lebih terbuka, entah mengapa perhatian kakak sulungnya semakin lebih terasa. Mungkin bukan dalam bentuk sebuah ucapan atau kalimat manis, tetapi tindakan Lysander sudah cukup menunjukkan tentang semua hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hyacinth [Hiatus]
Random[Brothership, Familyship, & Bromance Area] [Not BL!] . . . Perlakuan kasar juga sikap acuh tak acuh menjadi landasan penyesalan mereka saat melihat tubuh itu terbaring kaku di ranjang pesakitan setelah sebelumnya di tangani oleh dokter. Satu kali...