19

3.6K 598 28
                                    

Aurelian duduk disisi lapangan menunggu Orion yang tengah berlatih basket untuk perlombaannya. Ia menatap lamat adiknya itu, gerakan lincah Orion saat bermain bola tangan itu nampak halus, adiknya memang sangat berbakat dan hebat. Aurelian bangga hingga senyuman di bibirnya tidak kunjung surut. Emilio dan Mikhael juga ternyata mengikuti perlombaan basket antar sekolah itu bersama dengan Orion.

Mengamati bagaimana adiknya itu berlatih dengan keras, keringat membasahi kening dan tubuh Orion. Aurelian mengoreh tasnya, mencari apakah air minum yang dibawanya masih ada atau tidak, "habis." Gumamnya pelan.

Matanya mengedar kesana kemari hingga menemukan sebuah vanding machine yang letaknya tidak jauh dari lapangan. Ia membawa langkahnya menuju benda itu, berniat untuk membelikan Orion minum jika saja adiknya itu kehausan, setelahnya kembali ke tempat semula.

Orion yang melihat kakaknya duduk anteng di pinggir lapangan pun tersenyum kala Aurelian melambaikan tangan kearahnya. Hari sudah semakin sore, karena itu Orion pun menghampiri sang pelatih untuk bisa pulang terlebih dahulu yang untungnya diperbolehkan.

"Sudah selesai?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Aurelian kala adiknya mendekat. Tangannya mengulurkan air mineral yang sudah dibelinya tadi, dan di terima baik oleh Orion.

Menyeka bibirnya dengan menggunakan jersey yang dikenakannya, Orion nampak sangat keren menurut Aurelian sekarang, "hm. Latihannya sebentar lagi juga selesai. Tidak masalah jika aku pulang terlebih dahulu."

Mengambil tasnya, Orion berpesan pada Aurelian sebelum pergi ke kamar mandi untuk berganti pakaian, "tunggu disini." Katanya.

"Kael, Lio. Jaga kakak ku sebentar." Ujarnya yang diangguki oleh kedua temannya.

Mikhael dan Emilio duduk disamping Aurelian, dengan tidak sopan Emilio mengambil air mineral ditangan Aurelian dan meneguknya hingga tandas membuat kakak temannya itu tertegun, dan Mikhael yang menatap protes temannya itu.

"Hei, kenapa menghabiskannya? Aku juga mau." Katanya kesal.

"Kael mau aku belikan saja?" Tawar Aurelian membuat Mikhael berbinar.

"Boleh-"

"Tidak usah kak. Biarkan Kael membelinya sendiri. Dia masih memiliki anggota tubuh yang lengkap untuk melakukannya." Potong Emilio.

Mikhael memberengut saat mendengar hal itu, tapi ia yang tahu maksud Emilio pun menghela nafasnya. Orion sudah menjelaskan mengenai kondisi Aurelian pada keduanya, dan meminta agar Emilio dan Mikhael turut menjaga Aurelian. Bukannya apa, hal itu Orion lakukan karena dirinya tahu kapasitasnya. Orion tahu jika hanya sendirian ia tidak akan bisa sepenuhnya menjaga Aurelian dengan baik.

"Tidak apa kak. Toh, kita akan segera pulang. Aku akan minum dirumah sekalian makan nanti." Mikhael mengelus perutnya dengan senyuman mengembang, "perutku sudah keroncongan karena latihan ini."

Aurelian pun mengelus pelan kepala Mikhael, "maaf ya. Seharusnya aku tadi belikan untuk masing-masing dari kalian bertiga."

Mikhael tertegun, ada rasa nyaman yang terhantar kala tangan itu bertengker di kepalanya dan Mikhael menikmati itu dengan sangat hingga matanya terpejam mengundang rasa cemburu dari Emilio yang menatapnya.

Menarik baju seragam Aurelian, tatapan mata itu dibuat nampak memelas, Emilio bahkan mengedipkan matanya beberapa kali agar maniknya terlihat berkaca-kaca, "kak Lian, Lio juga mau."

Dengan senang hati Aurelian turut mengelus kepala Emilio, "teman Rion adalah adik Lian juga." Ujarnya dengan kekehan kecil.

Orion yang baru saja kembali dari kamar mandi menatap datar kedua temannya yang tengah bermanja pada kakaknya. Cemburu? Tentu saja, bahkan kini tangannya mati-matian ia tahan agar tidak menampol wajah menyebalkan Emilio dan Mikhael.

Hyacinth [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang