Prolog

412 25 5
                                    

Ayana duduk dengan tegang di kursi tunggu. Temannya baru saja memasuki ruangan 'penyiksaan', tetapi suara yang berasal dari ruangan tersebut sedikitnya berhasil lolos dan menggapai pendengarannya. Tanpa sadar ia menelan ludah dengan kasar, telapak tangannya menjadi berkeringat dingin.

'Damn! Apaan itu tadi? Mampus aku! Keira si paling rajin bahkan sampai terbantai! Woy.. apalagi aku?!' Batinnya mencelos. Otaknya berputar ke memori semalam, bisa saja kan ia lupa merevisi beberapa bagian?

Tangannya sontak refleks membuka hardfile skripsi yang baru memasuki bab 3 tersebut dengan brutal, lalu membaca dengan cepat. Semakin dibaca, semakin absurd!

'Inikah sindrom tidak percaya diri dengan skripsi sendiri?'

Pasrah. Itulah yang ia pikirkan. Mau tidak mau juga hari ini harus dihadapi. Ya, optimis!

Ya.

Optimis.

Saat kini gilirannya dipersilakan masuk, suasana tegang tadi masih belum berakhir.

'Ya Tuhan, aku pasrahkan segalanya kepada-Mu..' Ayana memasang muka miris.

"Coba kamu buka hardfile yang sudah saya revisi minggu kemarin,"

"Baik Bu🙏🏼"

Dosen pembimbingnya sudah mulai membuka halaman pertama, berlanjut sampai bab 3. Rasa-rasanya ia mulai lega, tidak ada satu pun revisi yang ia lewatkan.

"Ayana, ini sudah bagus. Sebenarnya kamu boleh langsung ke penelitian, tapi saya rasa metodenya kurang cocok,"

Ayana mulai speechless. Ya, sebenarnya tidak apa-apa jika harus diperbaiki. Tapi! Yang menyarankan metode tersebut juga dosen pembimbingnya sendiri! Hey!

"A-ah baik ibu, nanti saya betulkan kembali," apa-apaan ini, ia tidak bisa protes!

"Ohiya, bulan depan saya ada acara ke luar kota. Mungkin untuk beberapa waktu saya tidak bisa membuka bimbingan dahulu. Kita coba saja bimbingan secara online,"

Kalau bisa, mungkin saat ini Ayana akan memeluk kaki dosen pembimbingnya untuk melarang pergi. Bukan apa-apa, tapi bimbingan online itu kutukan! Ia sering kesulitan untuk menghubungi dosen pembimbingnya dan bertanya secara detail. Tolong, ia hanya ingin cepat lulus!

"Baik Bu, semoga lancar acaranya," mulut sialan! Otak dan perkataannya tidak sinkron.

Beginilah akhirnya, ia menghabiskan waktu dengan rebahan di kamar kost. Berawal dari scroll sosial media hingga berujung ia membuka kembali aplikasi manhwa yang ia punya.

"Cari hiburan dulu, nanti lanjut revisian," gumamnya percaya diri.

Kalimat tadi menjadi kebohongan semata! Tanpa sadar ia sudah lupa waktu. Seminggu berlalu, sebulan berlalu. Ia hanya menghabiskan waktu dengan membaca manhwa-manhwa terbaru yang judulnya sangatlah banyak. Terlebih dengan manhwa bergenre kerajaan yang mulai membuatnya terobsesi.

"Enak banget ya, hidup jadi anak duke, anak marquess, jadi tuan putri.. pasti tidak perlu pusing revisian," gumamnya yang kini baru makan siang.

Tangannya tak berhenti menggulir panel manhwa. Di sisi lain, laptopnya dibiarkan menyala tapi ia belum kunjung melanjutkan revisi. Ya, dosen pembimbingnya sudah mulai mengghosting, maka ia juga tidak kalah mengghosting! Entahlah, mendengar kata skripsi saja sudah membuat ia pening. Ibarat menjadi alergi bagi dirinya sendiri. Dengan membaca manhwa ia setidaknya bisa melarikan diri untuk sesaat. Ya.. sesaat.

"Wah manhwa baru lagi! Saatnya halu menjadi istri duke!"

"Apa ini? Suaminya jahat sekali! Memang putra mahkota sialan!"

"The Villainess Doesn't Wanna be Here"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang