Seruwet apapun kisah ini, Anniston menyadari bahwa ada yang jauh lebih kompleks. Tidak lain dan tidak bukan adalah kehidupannya sendiri. Entah di dunia yang dulu ataupun saat ini, mengapa ia harus bekerja keras?!
Sudah sewajarnya kita harus berusaha agar mendapatkan hasil yang diinginkan, tapi rasa-rasanya perjuangan ini sangat panjang dan berat! Tak berkesudahan. Apakah ia memang akan selalu terlahir seperti ini? Bersusah payah dan menderita terlebih dahulu. Setidaknya tetap harus ada jaminan bahwa akhirnya ia akan bahagia! Bahkan rencana self-rewardnya pun digagalkan oleh semesta. Apakah ia harus percaya happy ending sekarang?!
Kesampingkan hal tersebut, kini Anniston baru saja selesai merapikan kertas-kertas berisi rekomendasi produk baru yang akan segera diluncurkan minggu depan. Sepertinya meskipun besok kiamat, ia masih akan tetap bekerja!
Setelah mendapat bantuan dari kepala pelayan untuk membuat surat, akhirnya ia selesai juga menyampaikan semua kekhawatiran pada keluarga Romano. Insiden di festival masih menjadi tragedi, bak luka basah yang sulit diobati.
Anniston cukup kesulitan untuk berkomunikasi langsung dengan tuan Felix dan nyonya Sophia, alhasil ia berharap surat ini dapat menyampaikan seluruh perasaannya dengan baik.
'Semoga mereka dalam kondisi baik,' batinnya. Kalimat yang ia tujukan pada keluarga Romano dalam sekejap terukir di atas kertas sihir tersebut. Ia masih belum terbiasa dengan kehebatan sihir yang ada di dunia ini.
'Kalau dipikir-pikir, ini seperti membuat voice note,' Anniston terkekeh. Selesai sudah kegiatannya kini. Setelah memanggil kepala pelayan untuk segera mengirimkan surat tersebut, Anniston tidak lantas membuang-buang waktunya.
Di tengah huru-hara dan kekacauan yang sangat asing, ia tidak punya waktu untuk bersantai. Ia akan mengunjungi tuan duke dan meminta izin untuk menggunakan perpustakaan. Ia juga memiliki banyak hal yang belum sempat dikerjakan. Salah satunya adalah mencari tahu tentang dewa naga.
Dengan langkah cepat ia pun akhirnya telah sampai di depan pintu ruang kerja tuan duke. Namun sialnya, seorang pelayan memberitahukannya bahwa tuan duke sedang pergi rapat ke istana kekaisaran.
"Bagaimana ini? Sayang sekali jika aku hanya rebahan seharian," gumam Anniston.
"Ada apa, Ann?" Suara familiar itu terdengar bersamaan dengan langkah mendekat. Setelah membalikkan badan, Anniston mendapati calon duke Luneire di masa depan tengah menatapnya penuh tanya.
'Sejak awal aku sudah muak dengannya, mengingat lagi mimpi semalam membuatku ingin memukuli lelaki ini,' tanpa sadar Anniston mengernyit tidak suka.
"A-ada apa?" Adrian terperanjat dengan tatapan tak ramah tersebut.
"Tidak. Ah, aku sedang ingin mengunjungi perpustakaan. Apakah tuan muda bisa memberikan izin aksesnya?" Tanya Anniston to the point.
"Tentu. Kau tentu boleh ke sana tanpa izin,"
"Apa? Selama ini aku dilarang ke sana, bukan?" Anniston melipat dadanya dan menatap penuh penghakiman.
Adrian mengernyitkan dahi, lelaki itu tidak pernah mendengar sesuatu yang seperti itu. Keduanya sama-sama dilanda kebingungan hingga akhirnya secara bersamaan mereka tertuju pada satu nama.
"Chloe sialan,"
"Pelayan sialan,"
Anniston menyibakkan rambutnya dengan kasar. Hukuman penggal rasanya masih terlalu ringan jika mengingat kelakuan brengsek Chloe. Apa daya? Keluarga Luneire tidak memiliki otoritas lagi atas pelayan tersebut. Terlebih, kekaisaran pasti akan memberikan hukuman adil dan berat. Ia hanya bisa menyerahkan hal tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
"The Villainess Doesn't Wanna be Here"
FantasyAyana hanyalah seorang anak kuliahan semester akhir yang sedang mengalami burnout akibat menghadapi skripsi. Dalam pelariannya mencari ketenangan, ia mulai menghabiskan waktu dengan membaca berbagai judul manhwa. Bukannya termotivasi, Ayana malah se...