20. Penyerangan

4 1 0
                                    

Mereka berhasil melancarkan aksi untuk membuat perangkap. Kali ini Shaka tidak lagi membawa Kaili menggunakan kuda, melainkan memakai kekuatan bayangan serta ilmu meringankan badan guna mempersingkat waktu. Dia juga sudah berhasil menyelidiki siapa orang yang mengendalikan mereka hingga berani membuat jebakan untuk Pangeran Pertama.

"Ratu Annaki berhasil menemukan Pangeran Erdu, dan yang mengendalikan orang-orang Louyan itu adalah Pangeran Kedua atas perintah Ratu Annaki." Itu yang dikatakan Ajue, mata-mata di ibu kota yang berhasil menyamar sebagai pasukan dari Pangeran Erdu.

Shaka mengembuskan napas panjang, dia menatap Kaili yang ada dalam dekapannya. Mereka bahkan belum istirahat padahal malam sudah berada di puncak. Jika perjalanan ini diteruskan dia atau Kaili bisa saja tumbang karena kelelahan. Mata laki-laki itu lantas menajam saat memperhatikan keadaan sekitar. Mereka sudah keluar dari hutan lembah dan sudah melewati Kota Louyan. Kini Shaka membawa Kaili beristirahat di pinggiran Desa Buyola.

"Kita istirahat di sini. Saya akan mencari buah liar untuk—" Ucapan Shaka terpotong oleh perkataan Kaili.

"Tidak usah khawatir soal makanan. Saya sudah membawa roti dan apel. Ini cukup untuk kita berdua." Perempuan itu memberikan sebagian makanan yang dia bawa ke tangan Shaka sebelum memakan roti untung mengganjal perutnya yang lapar. Pun dengan Shaka, laki-laki itu langsung memakan buah yang diberikan Kaili dengan cepat setelah menyalakan api unggun.

"Jika malam ini kita diserang, kamu harus mencari cara untuk melarikan diri lebih dulu." Shaka berujar usai menghabiskan satu buah apel. Dia lantas melempar sisa buah ke dalam api unggun.

"Tenang saja. Selama perjalanan ini, saya sudah mempelajari segalanya dari suami saya. Ya, meskipun suami saya sangat menyebalkan, tapi dia selalu bisa diandalkan." Perempuan itu berbicara sarkas, membuat Shaka terkekeh ringan. Tangan besarnya mengambil tangan Kaili yang terjulur ke arah api, menggenggamnya lembut lalu menarik secara perlahan hingga Kaili bersandar di bahunya.

"Terima kasih pujiannya. Tapi ... jika kita benar-benar diserang, kamu harus pergi secepat mungkin ja—"

"Apa kamu belum mempercayai istri kamu sendiri? Sudah berapa banyak hal yang kita lalu hingga sampai ke titik ini?" Lagi-lagi Kaili memotong ucapan Shaka. "Apa pun yang terjadi, selama kita bersama, semuanya akan berjalan lancar. Nanti, sebelum menyerang Ratu Annaki, saya ingin menjemput seseorang untuk membantu kita. Mungkin kamu bisa membantu saya membuka segel pelindung dengan menyatukan dua kekuatan sin dan cos."

Kening Shaka berkerut usai mendengar perkataan yang keluar dari mulut Kaili. Laki-laki itu lantas menoleh sebelum berkata, "Seseorang? Siapa?"

Kaili mengembuskan napas panjang, lalu mengeratkan pelukannya pada lengan Shaka. Sementara iris kecokelatannya menatap ke arah langit malam yang dipenuhi dengan ribuan bintang.

"Shaka ... apa kamu percaya ada dunia lain selain dunia ini?" Kaili menoleh ke arah Shaka untuk sekadar melihat ekspresi yang ditampilkan laki-laki itu. Dia tersenyum ketika melihat kening Shaka berkerut, lalu Kaili kembali menyandarkan kepala pada bahu suaminya. "Akan saya ungkapkan rahasia yang selama ini saya tutup dengan rapat."

"Rahasia?" tanya Shaka yang membuat Kaili mengangkat kepala, lalu memutar tubuh hingga menghadap Shaka sepenuhnya.

"Saya manusia yang berasal dari dunia lain. Orang yang ingin saya jemput dan bisa membantu kita adalah guru saya. Beliaulah yang mengirim saya ke dunia ini. Kamu pasti masih ingat kejadian saya memakan mawar hitam." Kaili terkekeh ringan, lalu dia melanjutkan, "guru mengatakan mawar hitam bisa membuat racun cacing darah dalam tubuh saya ditekan untuk sementara waktu. Kurang lebih seratus hari dari waktu setelah saya menelan mawar hitam itu.

Within a Hundred Days (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang