Kaili membuka matanya ketika mendengar suara berisik dari luar. Orang yang pertama perempuan itu lihat adalah Lata yang berdiri tegap di samping tempat tidurnya dengan pedang besar di tangan. Kepala Kaili sedikit pusing. Namun, hal itu tidak mencegah dia untuk bangkit dari tempat tidurnya.
Dengan kening yang berkerut serta mata yang menyipit Kaili melontarkan tanya pada Lata yang masih bergeming di tempat tanpa terusik dengan pergerakan Kaili.
"Apa yang kamu lakukan di sini, Lata?" tanyanya seraya memukul-mukul pelan kepala yang berdenyut nyeri. Perlahan perempuan itu berdiri lalu berjalan ingin keluar dari tenda.
"Mohon tetap berada di sini, Nona. Di luar sedang ada pertengkaran sengit antara Pangeran Erdu dan ketua." Lata memberitahu. Tangan kekarnya terulur menghalangi jalan Kaili.
Kaili menoleh ke arah laki-laki itu dengan alis terangkat sebelah. Bibir tipisnya bergerak lalu bergumam, "Pangeran Erdu?" Adiknya Shaka? Untuk apa dia ada di sini?
Kaili penasaran. Dia tidak peduli dengan larangan Lata dan memilih melanjutkan langkah. Namun, gerakan Lata lebih cepat. Tahu-tahu laki-laki itu sudah berada di depan pintu tenda, menghalangi jalannya.
"Ketua sudah berpesan agar menjaga Nona tetap di sini. Tolong jangan mempersulit pekerjaan saya."
Kaili memejam sesaat. Ada emosi dalam dirinya yang terasa bergejolak. Seperti perasaan kesal dan marah, yang membuat perempuan itu lantas berdecih, lalu melipat tangannya di depan dada sebelum berkata, "Kamu jangan lupa kalau pernah hampir mati di tangan saya, Lata. Jangan karena badan kamu lebih besar, saya takut sama kamu. Minggir! Saya mau lihat!"
Ini aneh. Sebelumnya Kaili mana berani menunjukkan kekesalan pada Lata. Laki-laki itu meski tampak tenang, tapi sebenarnya dia sangat berbahaya. Dan sekarang Kaili justru terkesan menantang Lata. Ya, meskipun dia pernah membuat Lata sekarat karena racun darahnya, tetap saja Kaili tidak mau mencari masalah dengan pengawal rahasia Shaka ini.
"Coba saja. Kalau Nona bisa melewati saya, saya tidak akan lagi menghalangi jalan Nona," tantang Lata dengan wajah datar.
Emosi Kaili terpancing. Dia benar-benar dibuat marah oleh perkataan Lata yang terdengar seperti meremehkannya. Matanya berkilat penuh amarah, tangannya terkepal kuat, dan rahangnya mengeras.
"Baiklah. Kalau begitu, saya tidak akan segan."
Kaili mengambil langkah mundur dengan cepat. Matanya menajam ke arah Lata yang masih berdiri tenang. Fokusnya hanya tertuju pada satu titik. Seperti yang di ajarkan oleh Shaka, Kaili melompat, membiarkan tubuhnya mengambang di udara. Lalu tangannya melakukan gerakan gerakan memutar, seolah sedang mengumpulkan energi sebelum akhirnya menyerang Lata menggunakan jarum perak yang ada di pinggangnya.
Serangan pertama dan kedua, bahkan sampai kesekian kali, Lata berhasil menghindar. Namun, saat Kaili memadukan jurus jarum mematikan dengan ilmu bayangan—yang sempat Kaili pelajari dari para pasukan yang berlatih—Lata berhasil Kaili lumpuhkan. Dia menusukkan jarum perak di titik akupuntur, yang membuat tubuh laki-laki itu kaku dan tidak bisa bergerak.
"Saya lupa bilang. Kemarin saya sempat mempelajari jurus bayangan. Tidak menyangka kalau dua jurus ini digabung hasilnya bisa membuat kamu jatuh, Lata. Ngomong-ngomong, itu jarum perak biasa. Kamu enggak akan mati."
Anggap saja kali ini Dewi Fortuna sedang berada di pihaknya. Entah apa yang terjadi semalam, Kaili merasa tubuhnya seperti memiliki energi kuat. Namun, setelah menggunakan beberapa jurus, tubuhnya langsung melemah. Pandangannya terasa mengabur, tapi Kaili tetap bertahan dan berjalan keluar dari tenda.
Mata Kaili terbelalak saat melihat Shaka terkapar di tanah dengan wajah dan tubuh yang penuh luka. Sementara Pangeran Erdu tertawa melihat Shaka yang nampak kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Within a Hundred Days (TAMAT)
Historical FictionKaili terjebak di dunia aneh! Karena penyakit aneh yang diderita oleh Kaili, dia diberi pilihan oleh gurunya, mati ditelan oleh penyakit atau pergi ke dimensi lain untuk menjalankan misi agar penyakitnya bisa sembuh sepenuhnya. Kaili masih muda, d...