•Sekawan Likur

2.5K 238 15
                                    

Tribhuwana Wijayatunggadewi atau tak lain Dyah Gitarja tersenyum seraya melangkahkan kaki mendekati seorang gadis yang masih asik memakan mangga dengan lahap. Ada bekas luka jahitan di dada kirinya, wajahnya seperti tak asing namun wanita itu tidak mampu mengingat siapa gerangan dia.

Rambut sebahunya terurai sampai pundak, wajahnya manis dan bersih hingga membuat seorang ibunda Maharaja hanya mampu tersenyum melihatnya.

"Nyimas."

Sedah mendongakkan kepala kala merasa seseorang memanggilnya, suaranya teramat lembut dan sopan.

"Iya."

"Aku tak pernah melihatmu, siapakah kau?"

Sedah beranjak dari jongkoknya, membersihkan tangan dengan mengelapnya pada kain jarik, jorok memang hingga membuat Dyah Gitarja sempat terdiam karena sikap si perempuan tidak ada anggun-anggunnya.

"Aku Sedah, emangnya ibu ini siapa?"

Berinisiatif, Sedah menyodorkan tangan, bermaksud mengajak wanita paru baya itu bersalaman. Namun, yang Sedah dapat justru tepisan dari tangan lain.

Wijayatunggadewi mengangkat sebelah tangan, menghentikan aksi kasar dari dayangnya. Sedah sudah terbiasa dengan hal ini, mungkin saja wanita yang ada di depannya adalah orang penting yang tidak pantas berjabat tangan dengannya, "pergilah, aku hanya ingin berbicara dengan gadis manis ini," ucapnya kemudian.

Dayang yang sempat jauh dari jangkauan Wijayatunggadewi itu kembali mengundurkan diri tatkala wanita itu memerintah, Sedah hanya bisa menyimak, ia mengedikkan bahu dan ingin melanjutkan kembali makan mangga miliknya yang sudah di kupas oleh penjual, "siapa tadi namamu?"

"Sedah Gayatri Basagita."

"Sedah?"

Karena terdengar asing di telinganya, Dyah Gitarja sempat mengerutkan kening sampai Sedah menjentikkan jari dan mengulang namanya.

"Iya, Sedah."

"Kau tinggal dimana?"

Rupanya ibunda dari Maharaja Hayam Wuruk ingin tau seluk beluk dari perempuan di depannya. Sedah sempat ragu tapi ia tetap menyebutkan dimana ia tinggal.

"Rumah Mahapatih."

"Mahapatih Gajahmada?"

Sedah mengangguk kecil, "iya."

"Kau pelayan baru disana?"

Asumsi Dyah Gitarja rupanya tak sampai pada seorang istri, ia tahu betul seorang Mahapatih tak akan menikah lagi semenjak lenyapnya Sridara dari bumi Majapahit.

"Bukan."

"Lalu?"

Sedah berdeham dan sempat malu untuk mengakui.

"Aku istri dari Mahapatih."

Menggeleng adalah respon yang Wijayatunggadewi berikan, membuat Sedah sempat tertegun dan penasaran dengan wanita paru baya yang ada di depannya. Tampilannya kaya sekali akan aksesoris emas dan kain mahal serupa dengan yang ia pakai.

"Tidak mungkin," ujarnya kemudian.

" ... kapan kalian menikah?"

LANGIT MAJAPAHITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang