chapter 九

289 55 28
                                        

HAPPY READING

09






Sudah hampir seminggu lamanya semenjak kedatangan Felix di Manaháhtaan. Jarak tempuh antara Gyeongseong dan Manaháhtaan memakan satu harian penuh. Setelah menggunakan kapal, ia dibawa dengan truk besar menuju pusat markas NIA seperti yang Hyunjin inginkan.

Tidak disangka-sangka, ternyata di dalam NIA Office, terdapat beberapa kamar isolasi di lantai tiga puluh empat yang salah satunya menjadi tempat tinggal sementara untuk Felix. Semuanya tersedia disana, mulai dari sarapan pagi hingga makan malam, pakaian ganti, juga pemandian air panas.

Felix sempat teramat takut sekali, karena baru kali ini ia bertatap muka dengan manusia sebanyak ini. Apalagi wajah mereka semua menyeramkan. Terkesan datar dan terlampau serius. Untung saja ada salah satu lelaki yang cukup ramah disana, namanya Mark.

"Hei, sedang apa?"

Meski sedikit terkejut karena kedatangan Mark yang tiba-tiba, Felix berusaha tersenyum, "Tidak ada."

Padahal jelas-jelas sebelumnya Mark memperhatikan jika Felix sudah termenung di depan jendela kamarnya selama hampir sejam. Entah lebih atau tidak, intinya Mark sudah memperhatikan pemuda itu termenung sejam lamanya.

"Kalau begitu, aku ada kabar baik untukmu."

Langsung saja Felix menoleh, "Apa itu?"

"Tau tentang The Big J? Mafia yang kini tengah menjadi pusat perhatian dunia? Katanya, wajahnya mirip dengan Jenderal Hyunjin."

Cepat-cepat Felix menetralkan wajah terkejutnya. Bagaimana tidak, ucapan Mark barusan terdengar sama sekali tidak lucu dan membuatnya hampir lepas jantung, "T-tahu dari mana?"

"Salah satu intel kepercayaan petinggi."

Lalu Felix memangutkan kepalanya. Ia memilih untuk tidak banyak berbicara lagi, karena takut-takut, ia malah mengucapkan sesuatu yang tidak penting.

Suara buzzing noise yang disertai dengan beberapa patah kode yang terucap dari seorang perempuan menginterupsi perbincangan singkat mereka. Lantas Mark menatap Felix sekilas lalu menepuk pundaknya pelan, "Semangat. Jangan lupa makan dan tidur cukup. Mukamu kelihatan capek."

Felix membalas senyuman itu dengan sedikit grogi, "I-iya, terima kasih."

Pintu kamarnya kembali tertutup. Meninggalkan Felix dalam kesendirian yang kembali menghantarkannya pada mimpi-mimpi lama. Membuat pemuda itu termenung, apakah Joker baik-baik saja disana?

Sudah seminggu berlalu, dan ia belum melihat Joker sekalipun.

Tunggu—bukankah ini bagus? Tapi mengapa Felix merasa begitu merindukan suara bisikan rendah itu? Mengapa rasanya ia ingin merasakan kembali sentuhan-sentuhan yang membuat kulitnya meremang geli?

Tampaknya, Felix sudah gila seperti Joker.



©hmnhynjn



Setiap pukul delapan malam, Felix terbangun secara tiba-tiba. Tidak, ini memang tidak direncanakan sama sekali. Felix sendiri juga tidak tahu mengapa. Matanya terasa cekung, pipinya juga terasa lebih tirus daripada yang sebelumnya.

Mr. SunshineWhere stories live. Discover now