Tiga motor dengan warna berbeda kini melaju dengan pelan, sesekali motor mereka akan berhenti karena macet ataupun lampu merah.
Dibalik helm kebesaran miliknya, Habel perhatikan pengendara lain yang menatap heran ke arahnya, sesekali bisikan bisikan akan terdengar dari pengendara yang kebetulan sedang berboncengan dengan pasangannya.
Tapi Habel tak terlalu memikirkannya.
Wajar saja jika mereka melakukan hal tersebut.
Karena kegiatan belajar mengajar seharusnya masih berlangsung saat ini, tapi mereka malah berkeliaran dijalanan sepeti ini.Tak selang waktu lama kemudian, akhirnya sampailah mereka pada kafe yang Aaron maksud tadi.
Tiga motor besar sama model tapi beda warna itu berhenti pada parkiran depan kafe.
Sadewa matikan mesin motornya kemudian ia bantu Habel supaya ia bisa turun dari atas motor besar miliknya." thanks wa" ucap Habel sambil tersenyum manis ke arah Sadewa.
Tak ada balasan dari Sadewa, bocah yang berusia satu tahun darinya itu hanya menanggapinya dengan senyum dan anggukan kepala.
" lumayan juga kafenya" celetuk Fahmi buat ketiga temannya langsung perhatikan bangunan dihadapan mereka kini.
Bangunan kafe ini terlihat sederhana meskipun kafe ini ada dua lantai.
Warna abu pada setiap dindingnya menambahkan kesan tenang meskipun bising lalu lintas kendaraan cukup mengganggu.Empat sekawan itu kini langkahkan kaki mereka memasuki kafe tersebut, Fahmi ajukan diri tuk pesankan pesanan mereka di meja kasir sementara mereka lanjutkan langkah menuju lantai dua.
Setibanya mereka di lantai dua, hembusan angin langsung terpa wajah mereka.
Buat mereka menghembuskan nafas sejenak menikmati udara tersebut.Habel perhatikan pemandangan yang disuguhkan dari lantai dua kafe ini.
Lumayan
Sejenak, Habel perhatikan tanama tanaman rambat pada tiang tiang penyangga sebelum kemudian ia putuskan tuk menyusul Sadewa dan Aaron yang sudah asyik dengan ponsel mereka yang sudah miring.
Dua sekawan itu asyik dengan dunia mereka sendiri sementara Habel sibuk mengamati interior kafe ini.
Habel akui bahwa ia sangat menyukainya, mungkin suatu hari nanti ia akan berkunjung lagi kesini bersama dengan sang ibunda tercinta.
Mengingat ia memang jarang habiskan waktu dengan ibunya belakangan ini." Oi!, ngelamun aja, liatin apaan sih?!" Fahmi tepuk pundak Habel yang sibuk dengan pikirannya itu.
" nggak papa" Habel gelengkan kepalanya sambil mengambil ponselnya yang ia letakkan diatas meja.
" masih kecil nggak boleh kebanyakan mikir!" Fahmi acak rambut kecoklatan milik Habel yang mana langsung membuat bocah itu merengek kesal.
" jangan diberantakin ah!, ntar jelekkk" rengeknya sambil betulkan kembali rambutnya yang baru saja diacak oleh Fahmi.
Tak mengindahkan ucapan Habel barusan, Fahmi kembali acak rambut itu dengan sedikit brutal.
Dan dengan begitu saja lengkingan suara teriakan Habel langsung terdengar nyaring.
Buat semua orang langsung alihkan pandangan mereka ke arah sumber suara sejenak.Sadewa sembunyikan wajahnya dengan tudung hoodie yang ia pakai sementara Aaron angkat tinggi tinggi ponsel miliknya sampai sejajar dengan kepala.
Jujur saja, mereka cukup malu mendengar lengkingan Habel barusan, namun yang bersangkutan malah tampak acuh merapikan kembali tatanan rambutnya sementara Fahmi sibuk meminta maaf kepada para pengunjung, takutnya mereka merasa tak nyaman.
" malu malu in anjing!" Ucap Aaron sambil letakkan kasar ponselnya diatas meja.
" Fahmi duluan!" Ucap Habel sambil arahkan telunjuknya tepat pada muka Fahmi.
![](https://img.wattpad.com/cover/379294865-288-k30416.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bocah Kesayangan [ End ]
Teen FictionNggak bisa bikin sinopsis, jadi langsung baca aja ya....!!!