.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Kak....." Panggil seseorang dibelakang Nara.
Nara reflek melempar pandangnya kebelakang, mencari adiknya yang memanggilnya itu. "Ya dek?"
Nara tak menemukan adiknya sama sekali, Nara pun berjalan menyusuri rumah tua itu, hendak mencari-cari keberadaan adiknya. Beberapa ruangan-ruangan pada rumah itu kosong, ia berjalan kesana kemari, tak menemukan adiknya sama sekali, hingga sesampainya ia didapur, ia bertemu ibunya yang sedang memasak membelakanginya.
"Bu?" Panggil Nara kepada ibunya yang membelakanginya itu.
"Ini bukan salah kamu bang, ibu mengerti." Bisik ibu membalikkan badannya lalu memeluk tubuh Nara sambil mengelus pucuk kepala Nara.
"Bukan salah Abang?"
Belum sempat pertanyaannya dijawab ibunya tiba-tiba menghilang dihadapannya, bagai abu yang beterbangan menghilang ditiup angin. Ruangan itu berputar layaknya jam dengan kecepatan 10x, kepalanya pening, pandangannya kabur dan mulai menghitam.
IBU!!
Tringgg
Sial, dia mendapat mimpi itu lagi. Nara terbangun dengan nafas yang terengah-engah, entah sudah berapa kali ia mendapat mimpi seperti ini. Sama seperti sebelumnya, kasurnya sangat basah, ia selalu berkeringat dingin setelah terbangun dari mimpi tersebut.
Nara langsung mematikan jamnya yang terus berdering keras memecah telinganya, tersadar kali ini sudah jam 8 pagi, ia telat berangkat kerja hari ini. "Aduh... Udah Jam segini."
Ia langsung buru-buru, bergegas mandi. Ia mengosokkan badannya dengan terburu-buru dengan sabun, entah bersih atau tidak, ia tak peduli, karena seharusnya hari ini ia harus mengambil koran pada jam 7, oh tidak ia telat 1 jam!
Selesai mandi ia mengelap badannya dengan handuk dengan cekatan, memakai kemeja usang, yang sudah ia pakai berkali-kali hingga warnanya cukup menguning dan bau yang apek.
Tak lupa ia juga memakai parfum tanpa merek ecerannya, yang ia beli di toko serbaguna kemarin."Tumben banget, kamu telat Nar." Tanya pak Satpam kepada Nara yang hendak mendorong sepedanya keluar dari parkiran
"Iya pak, saya mungkin kemarin terlalu ngantuk." Balas Nara yang langsung menaiki sepedanya.
Sebagai sapa Nara, Nara tersenyum menunduk kepada Pak Satpam, lalu menggowes sepedanya hendak keluar dari lingkungan kosnya itu, menuju agen penjual koran dengan gowesan yang cepat, terburu-buru menuju tempat agen itu.
Dreettt...
"Kamu kalo sehabis cuti selalu gini, telat terus." Ucap agen Koran tersebut sembari mengambil satu pak koran pada loker penyimpanan koran.
Dirinya memang rehat bekerja selama 3 Minggu, dikarenakan lukanya yang cukup parah pada hari itu, menyebabkannya izin mengambil cuti sementara.
"Saya wajarin, lain kali jangan telat lagi ya Nar, hari ini udah jam kerja loh, untung masih ada korannya." Benar ucap pria tersebut, koran memang dibatasi penjualannya setiap daerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daku Hadir Bersamamu; Na²
أدب الهواة"Bisa gak sih lo kasih koran yang bener, masa terbitan tahun 1989 malah kesasar kesini" "Maafin saya, mungkin kalau kamu mau diganti korannya bisa datang ke tempat tinggal saya lain kali" Bandung dengan keramaian kotanya, dengan seseorang wanita Jak...