"Bisa gak sih lo kasih koran yang bener, masa terbitan tahun 1989 malah kesasar kesini"
"Maafin saya, mungkin kalau kamu mau diganti korannya bisa datang ke tempat tinggal saya lain kali"
Bandung dengan keramaian kotanya, dengan seseorang wanita Jak...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Warning! Chap ini mengandung kekerasan dan umpatan kasar. Mohon para pembaca menyikapinya dengan bijak!
. . . . . . . . . .
Setelah kejadian kemarin banyak siswa siswi yang membicarakan perihal hubungannya dengan Nara, pasalnya ada beberapa murid yang menyebarkan informasi terkait kedekatan mereka. Nina juga sadar bahwa ia melewati berbagai murid disekolahnya. Informasi itu selalu menyebar dengan cepat seperti racun, menyebalkan.
"Kamu pacaran kah, sama penjaga sekolah yang muda itu?" Nayla berbisik sambil tersenyum kecil.
"Nggak! kamu jangan percaya rumor-rumor begituan deh Nay, aku sama dia cuman temen biasa karena dia bantu aku!" Jawab ketus Nina yang merasa sangat terusik dari sekian banyaknya pertanyaan yang dilontarkan Nayla hari ini.
Bagaimana tidak, setiap dirinya berjalan melewati koridor ada saja yang berbisik, dia juga pernah menguping bisikan orang-orang tersebut.
"Masa pacaran sama penjaga sekolah sih, gak level banget "
"Ya tapi itu cuma rumor doang kan?"
"Tapi aku yakin banget deh, soalnya ada yang bilang mereka jalan bareng kemarin Sabtu."
"Lu pada ngomongin gue ya." Timpal Nina yang memecah obrolan kedua murid tersebut.
"Em... emang kenapa? kita gak ada ngomongin kok, hehe." Jawab salah satu murid gelagapan.
"Kalo mau ngomongin gue pinter-pinter dulu." Ujar Nina yang pergi meninggalkan mereka dengan wajahnya yang ditekuk, kesal sekali dengan penyebar gosip tersebut, bahkan dirinya saja belum pernah berpacaran sama sekali.
Dug!
"Aduh... Lo kalo jalan bisa yang bener gak si!" Kesal Nina sambil mengusap pelan keningnya yang berdenyut akibat tabrakan dengan seseorang bertubuh tinggi dihadapannya.
"Kamu gak kenapa-napa Nin?" Pria tersebut ialah Tristan. Dirinya salah sasaran.
"Oh, Tristan. Sorry ya....." Lirih Nina menunduk tersipu malu, ia pergi meninggalkan Tristan yang sudah mengulurkan tangan untuknya. "Bisa-bisanya, dia masih berhubungan sama penjaga sekolah sialan itu."
. . .
Nina berdiri melihat pemandangan lewat balkon dilantai 2 sekolah sore itu. Gadis itu terus memikirkan omongan jahat mereka membuatnya tak bisa belajar dengan tenang. Segala cacian, ledekan sudah ia terima hari ini. Fuh... Rasanya ingin menghilang saja, batinnya.