16; Ujian

95 16 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Tepat satu minggu berlalu semenjak kejadian traumatis itu. Kini dirinya direpotkan oleh berbagai ujian yang sudah berada dihadapannya. Kocar-kacir menyiapkan segala kebutuhan yang diperlukan untuk ujian tadi malam.

"Nayla kamu udah belajar?" Tanyanya pada sang empu yang masih sibuk membaca buku pelajaran yang ia bawa dari rumah.

Nayla tak menggubrisnya sama sekali, justru ia semakin fokus membaca buku itu. Nina mendesah frustasi melihat pemandangan didepannya, mereka semua tampak serius membaca. Bahkan dirinya tak belajar tadi malam karena terlelap didepan televisi kesayangannya.

"Kayaknya gue harus belajar juga. Biar nanti gak dimarahin bunda." Batinnya sebelum mengambil sebuah buku paket Geografi didalam tasnya.

Setelah melihat inisiatif baik dari temannya Nina, Nayla langsung mengajaknya belajar bersama. Mencoba memahami materi Geografi yang membuat pikirannya menjadi semrawut. Pelajaran Geografi memang cukup sulit bagi mereka.

"Ayo temen-temen, guru penjaga ruangannya udah masuk!" Teriak salah satu diantara mereka yang membuat kerumunan itu berkocar-kacir memasuki ruang ujian.

"Aduh Nay! alat tulis aku gak kebawa lagi!" Paniknya kala menyadari bahwa tempat pensilnya tak berada didalam tasnya.

"Udah-udah, nanti pake pulpen aku aja!"

Nina dengan pasrah melangkahkan kaki kedalam ruangan itu. Suasana yang sunyi didalam ruangan memang sudah sangat biasa didalam ujian, tapi hari ini sungguh mencekam. Bisa ditebak yang menjaga adalah guru killer yang tentunya ditakuti oleh warga sekolah.

"Kalian habis darimana saja?!"

Mereka berdua tersentak atas bentakan Pak Keenan, ya bisa dibilang Pak Keenan termasuk seorang guru killer di sekolah ini.

"Ikutin aku aja." Bisik Nayla mencolek punggung Nina.

Nina meneguk ludahnya kasar, melihat kondisi murid dibelakangnya yang sudah terpaku kepada mereka berdua. Nina yang diberi isyarat hanya diam dan menunggu pergerakan Nayla selanjutnya, takut Pak Keenan tahu kalau dirinya tidak membawa alat tulis hari ini. Untungnya saja temannya itu pintar mengeles.

"Habis dari toilet pak, hehe." Jawab Nayla.

Nina menatap tajam kearah Nayla. Yang benar saja, guru itu sangat marah jika diberi cengiran, apalagi cengiran tak bersalah dari Nayla. Sang murid yang dibenci oleh Pak Keenan.

Daku Hadir Bersamamu; Na²Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang