"Bisa gak sih lo kasih koran yang bener, masa terbitan tahun 1989 malah kesasar kesini"
"Maafin saya, mungkin kalau kamu mau diganti korannya bisa datang ke tempat tinggal saya lain kali"
Bandung dengan keramaian kotanya, dengan seseorang wanita Jak...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . . . . . . . .
Duggh!
"Aduh! " teriak Nara sambil berdesis. Bibirnya mulai mengaliri sedikit cairan merah, ia terluka.
Pagi hari yang sial hari ini, Nara terlalu bersemangat. Pasalnya ia terpeleset dari kamar mandi, menyebabkan sariawan besar di bibirnya. Baginya, sariawan lebih sakit dibanding sakit hati.
Ia terus memegangi punggung bawahnyanya yang nyeri, bisa dibilang encok dengan membersihkan darah yang mengalir dari bibirnya sambil berdesis kesakitan dan berdecak kesal. Giginya memang tak pernah sejalan dengan kemauannya.
"Ada apa ribut-ribut didalem?!" Ketukan tak henti di gaduhkan kepintu Nara, pagi-pagi ini sudah buat keramaian terjadi hanya mengusik gendang telinga tetangga kamarnya dan penjaga kos saja.
"Nggak ada pak, saya cuman jatoh nih, hehe." kekeh Nara yang masih mengelap bibirnya itu.
Disisi lain Nina yang hari ini sangat bersemangat karena ingin kerja kelompok bersama temannya, diganggu oleh berbagai telponan yang terus berdering diatas meja belajarnya.
"Aduh, siapa si nelpon pagi-pagi banget gini!" grasak grusuk Nina pada tombol telponnya yang kini sudah berada digenggamannya, ia sudah kepalang kesal, pasti ini ulah Nara.
"Nina bantuin saya dong, ini gimana ya-"
"Kan-"
"Jangan dimatikan Na!"
Tut.
Tidak sopan. Memanggilnya dipagi hari yang indah ini hanya membuat suasana hatinya buruk. Nina tak memperdulikannya sama sekali, memilih kembali bersiap dengan pakaian bercorak merah muda, tak lupa jepitan rambut warna warni yang tak kalah ngejrengnya.
Berbagai macam aksesoris dia gunakan, mulai dari jepitan di awal, kaus kaki bercorak loreng, gelang warna warni dan sedikit sentuhan riasan di wajahnya sudah cukup. Menjadi remaja ditahun ini memang menyenangkan, ia seperti ini untuk mengikuti gaya gyaru dari Jepang, seperti pada poster di kamarnya. Meskipun ia tak mempunyai cream tanning, menurutnya ini sudah cukup untuk seperti wanita pada poster itu.
"Kenapa pakai pakaian yang kayak gitu Nak?" Ibundanya hanya tercengang dengan pakaiannya hari ini, sambil memegangi segelas susu yang tadinya ingin diberikan ke putrinya.
"Ng-nggak papa Bun, tuh liat posternya." tunjuknya sambil menatap ibundanya gugup, biasanya bajunya akan ditarik dari tubuhnya langsung kalau kelihatan seperti ini.
Bunda mengambil poster yang tertempel di dinding kamar itu. Ditatapnya lekat-lekat, sambil berpikir, "kenapa anakku itu mengikuti tren seperti ini?"
"Ganti bajunya, bunda gak suka kamu pakai pakaian warna warni seperti ini." Aduh, sudah ia perkirakan jawaban yang keluar dari mulut bundanya itu sebelum poster itu diambil. Bunda memang tak suka anaknya mengikuti tren keren seperti ini, sungguh membosankan.