20; Sesuatu Mendatang (2)

48 10 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.
.
.
.
.


Sorakan penonton kala itu mengisi luasnya Basket Hall SMA 48 Bandung. Penonton dari sekolah lain, hingga tuan rumah, sangat berantusias hingga memecah keheningan tadi pagi. Festival seperti ini memang dirayakan sekali dalam setahun untuk memperingati ulang tahun sekolah unggulan ini, dibuka untuk sekolah lain yang ingin mengikuti Friendly Match, terutama basket sebagai olahraga dan eskul unggulan.

"Woy Nina!" teriak seseorang dibelakangnya. Seketika atensi Nina yang tadinya mengarah pada lapangan basket, sekarang malah teralihkan oleh suara sekelibat yang memanggilnya dari belakang.

Suara langkah kaki mulai mendekatinya, seseorang yang memanggilnya itu ialah Regie. Nina sungguh keheran mengapa ia berada disini, seharusnya ia sedang bertanding dibawah sana.

"Ngapain lo disini?" ujar Nina yang nampaknya ada sedikit rasa kesal. Dia mungkin masih belum berdamai dengan konflik kerja kelompok empat hari yang lalu.

Regie menyadari hal itu. Ia mendesah frustasi, "Gue minta maaf sama yang kemarin, tapi tolong jawab pertanyaan gue."

Nina mengangguk pelan namun masih merasakan sedikit geram dilubuk hatinya. Regie terdiam sejenak, seperti memikirkan beberapa kata yang ia pilih.

"Kimberly... marah ya sama gue?" tanya Regie dengan wajah frustasinya.

Nina juga ikut diam, Regie masih saja menunggu jawaban perempuan itu disana sambil menatap wajahnya lamat-lamat, berharap Nina membuka mulut.

Nina mengambil nafas dalam-dalam, dengan sedikit ragu ia berkata, "Kayaknya iya deh Gie." ujarnya lalu melempar lirik kearah seorang cheerleader disana, tak lain tak bukan dialah, Kimberly.

Mengingat kejadian yang tak bisa dimaafkan itu, wajar saja Kimberly masih marah, hal tersebut sama saja menghancurkan kerja kelompok mereka. Beruntung masih selesai, kalau tidak mereka tidak akan mendapatkan nilai.

"Gue kalo jadi Kimberly, malah bisa matahin batang hidung lo hari itu Gie. Pas waktu itu lo ngeselin banget tau gak."  hardik Nina mengerutkan keningnya kesal.

Regie meninggalkan Nina disana, menyadari sekarang semuanya sudah tak beres akibat kesalahannya kemarin. Hatinya masih dipenuhi rasa bersalah, pikirannya juga kacau, apalagi sampai tak kuasa menyentuh bola basket disana.

Disela-sela ia berjalan meninggalkan kursi penonton, kedua mata insan tersebut bertemu, Kimberly menatapnya begitupun juga dengannya. Semakin merasa bersalah dibuatnya ketika melihat wajah muram perempuan itu, ia langsung bergegas menuju ruang ganti, mencoba menetralkan pikirannya terlebih dahulu.

Daku Hadir Bersamamu; Na²Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang