"Saya tau saya salah."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Kamu kenapa Nin?, mukanya lesu gitu." Tanya Nayla kepada Nina yang berjalan menghampiri Nayla setelah selesai interview.
"Tadi aku kan interview, terus gak bisa jawab pertanyaan gitu, rasanya deg-degan aja gitu kalo diinterview Pak Keenan sama Kak Risma." Jawab Nina dengan muka lesunya terduduk disebelah kursi kantin yang ditempati Nayla saat itu.
Nayla tertawa kecil dengan pernyataan Nina." Santai aja, Pak Keenan kan emang kaku gitu orangnya, terus kenapa kamu takut sama Kak Risma coba? biasanya malah kamu yang lebih galak kalo ngomong sama orang."
"Heh! kamu belum tau aja ya, Kak Risma kalo di Mading sama di luar Mading tuh beda banget tau!, kamu kalo jadi aku juga bakal takut sama Kak Risma." Sembur Nina setelah mendengar ejekan dari temannya itu.
"Yaudah nih makan dulu, ada Mie yang udah aku beli, spesial aku traktir buat kamu." Jawab Nayla menunjuk Mie diatas mejanya.
Nina tersenyum lebar ia memakan Mie itu dengan lahap."Makasih ya Nay!"
"Dih, digituin aja baru seneng." Sindir Nayla yang mulai memakan semangkuk baksonya itu bersama-sama.
"Oh ya Nin, interview itu tahap paling terakhir ya?" Tanya Nayla kepada Nina yang masih sibuk dengan makanannya itu.
Nina hanya menjawab dengan anggukan, ia memang tak bisa dinganggu saat sedang makan.
Nayla hanya melanjutkan kegiatan makannya itu sambil melihat-lihat seisi kantin, cukup janggal ia rasakan.
"Nin.. kamu nyadar gak sih?"
"Apa Nay?" Sahut Nina menyelesaikan kegiatan makannya.
"OB sekolah yang masih muda itu, kok gak masuk² ya?" Tanya Nayla.
"Oh..." Nayla cukup jengkel akibat Nina yang hanya ber Oh-ria setelah mendengar pernyataannya, sudut bibirnya turun memasang muka masamnya. Sudah berkali-kali Nina mematikan topik pembicaraan.
"Kenapa Nay? Cemberut aja, makan dong." Umpat Nina sambil bercanda yang semakin meledakkan emosi Nayla itu.
"Kamu ya Nin, masa topik pembicaraannya dimatiin! Aku tuh serius loh bicara kayak gini. Jangan semuanya dianggap bercanda!" Kesal Nayla yang langsung beranjak dari tempat duduknya sambil membawa semangkok bekas makanannya.
Nina mematung melihat emosi Nayla yang meledak-ledak saat itu. Tak pernah ia lihat Nayla semarah itu, apakah mungkin dirinya sudah keterlaluan? Bahkan masalah yang dilaluinya kemarin belum selesai, sekarang dirinya malah meledakkan amarah seseorang.
...
"Nay, tunggu dulu, maafin aku!" Teriak Nina sambil mengejar langkah Nayla dengan nafas yang terengah-engah. Nayla tak mengacuhkannya, sepertinya Nayla benar-benar marah hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daku Hadir Bersamamu; Na²
Fanfiction"Bisa gak sih lo kasih koran yang bener, masa terbitan tahun 1989 malah kesasar kesini" "Maafin saya, mungkin kalau kamu mau diganti korannya bisa datang ke tempat tinggal saya lain kali" Bandung dengan keramaian kotanya, dengan seseorang wanita Jak...