10. (Bulan)

717 104 33
                                    

Saat selesai Scrim, Semua nya ke kamar masing masing untuk istirahat. Tapi berbeda dengan Rinz yang duduk diam di atas balkon sambil menatap langit malam yang hangat. Langit cerah dengan bulan yang terang menjadi teman nya saat ini.

Setidaknya itu 5 menit yang lalu sebelum, seseorang yang tidak kenal dengan kata diam ikut duduk di samping nya. Siapa lagi kalau bukan Dyren.

Rinz diam menatap nya sebentar, tapi hanya senyuman terukir di wajahnya dengan senyuman ciri khas nya.

"Lu aja"

Seakan tau apa yang akan di kata kan Dyren, Rinz langsung menolak nya mentah mentah.

"Ahh ayo lah, masih sore tau Rin. Temanin lah aku keluar" Dyren merengek pada Rinz.

"mata mu sore, udah jam setengah 11" jawab Rinz langsung.

"Mau nasi uduk aku Rin, laper aku" rengek nya lagi sambil mengguncangkan tubuh Rinz dengan kuat.

"Orang gila mana yang jualan nasi uduk jam segini?!" tanya Rinz dengan kebingungan

"udah lah, temani aku aja lek. Ya, ya" pinta Dyren dengan sedikit paksaan.

"Gua mulu tai, ajak ler kek, artur atau Praba gitu, idok juga kosong tuh" jawab nya dengan kesal. Walaupun begitu dia tetap berdiri bersiap untuk pergi dengan Dyren.

"Mereka mah pacaran lek" jawab Dyren dengan sedikit sedih, dia memimpin jalan untuk keluar gerbang, di susul Rinz di belakang.

"Lu sih jomblo" sahut Rinz sambil memperhatikan Dyren mengeluarkan motor listrik di dalam garasi.

Dyren tertawa kecil sebagai reaksi nya, dia duduk di depan, menatap Rinz untuk menyuruh nya agar segera naik.

"Ya udah pacaran aja ayo kita berdua lek, keliling komplek" Goda sang explaner.

Rinz duduk di belakang nya, memukul pundak Dyren dengan sedikit kasar. "Ga usah bercanda, berangkat cepet" suruh nya langsung.

Dyren tertawa hambar, dia sudah seterang terangan itu menunjukkan perasaan nya, masih di anggap candaan oleh Rinz? hey ayo lah, peka sedikit, semua tidak selalu tentang candaan.

Walaupun begitu, Dyren tetap membawa nya pergi dari Gh, tak ada percakapan di antara mereka sepanjang perjalanan, Rinz asik dengan handphone nya.

'jadi deg deg an gini'

Dyren sepanjang perjalanan juga enggan berbicara, karena jantung nya terus berdegup kencang, seseorang di belakang nya adalah faktor nya.

Namun yang di belakang seakan menyukai keheningan ini, ia pun tidak berbicara sama sekali, membuat Dyren semakin stres di buat nya.

"ngomong kek"

Dyren membuka suara, bibir nya cemberut, ia fokus ke jalan, sementara itu di jok belakang, Rinz tertawa geli melihat wajah Dyren di balik sepion.

"Apa?" Tanya nya dengan sedikit tertawa.

"Mau jalan jalan kemana?" tanya Dyren pada nya, aslinya sepanjang tadi dia cuma berjalan lurus mengikuti jalan komplek entah kemana tujuan nya.

"Kata nya mau beli nasi uduk" Rinz mengingat kan niat Dyren, tapi Dyren langsung menggeleng sebagai jawaban, "Orang gila mana yang buka nasi uduk jam segini, jam 9 udah tutup" jawaban dari Dyren membuat Rinz sedikit geram dengan tingkah nya.

"Atuh lu ngapain ajak gua keluar malem malem kampret"gumam Rinz sambil mengacak ngacak rambut Dyren dari belakang.

"Argh gua kan lupa" sahut Dyren setelah itu.

Rinz diam sebentar, dia menghela nafas untuk mengambil keputusan, "Karena udah terlanjur, sekalian aja lah cari angin, ga bisa tidur juga gua"

Dyren mengangguk, mengikuti permintaan nya, membawa nya keliling komplek, sesekali kedua nya bercanda dan hampir membuat kedua nya jatuh ke aspal. Untung Dyren dengan respon yang cepat membuat hal itu tidak terjadi begitu saja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Glasses (Sutsujin x Hazle) x (Dyren x Rinz)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang