Bab 20

482 47 6
                                    

Selamat membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca.

.

.

.

Saat ini, keluarga Kim sedang duduk di ruang keluarga, tampaknya mereka tengah membahas sesuatu.

"Yoongi," panggil Woo Bin, sambil mengambil sesuatu dari dompetnya.

"Ini," kata Woo Bin sambil menyerahkan kartu berwarna hitam kepada Yoongi.

Yoongi menerima kartu itu dengan tatapan bingung, menatap papanya dengan penuh tanya.

"Itu untukmu. Kau bisa menggunakannya sesuka hatimu," jelas Woo Bin.

Seokjin terkekeh melihat adiknya yang hanya menatap kartu itu. "Wah, Yoongi dikasih black card sama papa! Nanti Yoongi bisa beli apa saja yang Yoongi mau dengan kartu itu. Jadi Yoongi simpan baik-baik kartunya, jangan sampai ketinggalan kalau Yoongi keluar, Arachi?"

Blackcard? Namun Yoongi hanya mengangguk. "Terima kasih... Papa," ucapnya lirih di akhir.

Tentu saja Woo Bin sangat senang. Pasalnya, Yoongi sangat jarang memanggilnya 'Papa', karena biasanya Yoongi hanya langsung menyampaikan maksudnya tanpa embel-embel panggilan tersebut.

"Baiklah, sebaiknya kita berangkat sekarang," kata Aera.

"Hmm, kajaa!" seru Seokjin dengan semangat.

Mereka pun keluar rumah dan masuk ke dalam mobil, bersiap pergi ke suatu tempat.

Di perjalanan, mereka berbincang ringan, berusaha membuat Yoongi merasa nyaman berada di tengah-tengah keluarga.

"Oh iya, Yoongi, Papa sudah mendaftarkan kamu untuk ikut kejar paket A. Mungkin besok sudah bisa dimulai," kata Woo Bin.

Karena Yoongi belum pernah mengenyam pendidikan formal, dia harus memulai dengan Paket A yang setara dengan sekolah dasar.

"Apa Yoongi sudah siap, Nak? Kalau belum, itu bisa ditunda dulu," tambah Aera dengan lembut.

"Hm, aku siap... Mama. Aku akan mengikutinya besok," jawab Yoongi pelan.

Mendengar Yoongi memanggilnya 'Mama', Aera tak bisa menyembunyikan senyum lebarnya. Rasanya seperti kebahagiaan kecil yang tak terduga, karena Yoongi juga jarang sekali memanggilnya begitu, sama seperti Woo Bin.

Seokjin yang melihat mamanya tersenyum sendiri hanya menggelengkan kepala sambil memutar matanya. Lalu dia menatap adiknya.

"Benarkah? Tidak apa-apa kalau misalkan Yoongi ingin menundanya," kata Seokjin, memastikan.

Yoongi tersenyum kecil. "Gwenchana, bukankah lebih cepat lebih baik?" jawabnya lirih.

"Baiklah, kalau begitu," Seokjin menyetujui dengan anggukan.

Threads of Affection | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang