Arena Nexus adalah tempat yang legendaris, seperti Colosseum kuno yang megah, namun dipenuhi dengan teknologi dan sihir yang menyatu. Batu-batu besar yang membentuk arena dikelilingi oleh ribuan kursi penonton, yang kini dipadati oleh pejuang dari berbagai tingkatan, semua menanti pertarungan yang akan segera dimulai. Di atas, ada deretan 17 kursi kosong yang berbaris, yang hanya ditempati oleh mereka yang berada di tingkat Semi Spesial dan Spesial. Di tengah kursi-kursi ini, terdapat satu kursi yang jauh lebih besar, dihiasi dengan ukiran megah—kursi pemimpin Akademi Nexus, lambang otoritas tertinggi.
Sorak-sorai penonton bergema di udara ketika Althaf dan Fuadi masuk ke arena dari sisi yang berlawanan. Mata mereka saling terkunci, dan ketegangan di antara keduanya dapat dirasakan oleh semua yang hadir. Ini bukan hanya pertarungan biasa; ini adalah duel yang akan membuktikan kemampuan dan harga diri.
Fuadi berdiri di tengah arena dengan senyum tipis yang mencemooh. "Althaf," panggilnya, "kamu mungkin terkenal, tapi kali ini, aku akan menunjukkan padamu dan semua orang di sini bahwa gelar dan cerita tidak ada artinya di Arena Nexus ini."
Althaf tetap diam, berdiri dengan tenang. Meskipun sorotan berada padanya, dia merasakan semangat juang membara di dalam dirinya. Ia tidak akan membiarkan Fuadi meremehkannya.
"Aku akan memberimu pertunjukan yang tak terlupakan, Althaf," lanjut Fuadi, dengan tatapan penuh percaya diri. Dia mengangkat tangannya, dan dari kulitnya, darah mulai keluar, berwarna merah pekat. Dalam hitungan detik, darah itu berubah bentuk, menjadi senjata tajam seperti pedang yang berkilauan di tangannya. Lalu, dengan gerakan tangan lainnya, dia membentuk rantai darah yang bergerak liar, melayang di udara seperti ular siap menerkam.
"Ini adalah kekuatanku, manipulasi sel darah!" teriak Fuadi, dengan bangga memamerkan kemampuannya. "Setiap tetes darahku bisa menjadi senjata yang mematikan. Dan kali ini, darahku akan menjadi senjata yang mengalahkanmu!"
Penonton mulai berteriak-teriak histeris, semakin bergemuruh dengan semangat saat mereka menyaksikan Fuadi menyiapkan serangannya. Suara-suara mendesing di antara kerumunan, memuji kekuatan Fuadi yang mematikan.
Althaf bersiap. Dia tahu bahwa ini bukan pertarungan yang mudah. Tetapi dia tidak gentar. Dengan tatapan penuh ketenangan, dia mulai memanggil kekuatannya sendiri. Halilintar merah mulai mengelilingi tubuhnya, mengalir dari ujung kaki hingga ke ujung rambut. Mata Althaf bersinar, penuh dengan energi. "Aku siap," bisiknya.
Fuadi tidak menunggu lebih lama lagi. Dia menyerang lebih dulu, melemparkan rantai darah ke arah Althaf dengan kecepatan yang luar biasa. Rantai itu memotong udara dengan suara mendesing, seperti cambuk maut yang siap menghancurkan.
Namun, Althaf dengan cekatan menghindar, halilintar merah di sekelilingnya membuatnya bergerak cepat seperti kilat. Rantai darah Fuadi hanya mengenai udara kosong. Althaf melompat ke sisi lain, membalas serangan dengan kilatan halilintar yang ditembakkan dari tangannya, mengarah langsung ke tubuh Fuadi.
Tapi Fuadi tidak mudah dikalahkan. Dia menggunakan darahnya untuk membentuk perisai di depannya, menahan serangan halilintar merah itu. Percikan api dan cahaya halilintar memenuhi arena, membuat para penonton berteriak kagum.
"Belum cukup, Althaf!" teriak Fuadi, yang kini memutar pedang darahnya di udara. Dengan satu gerakan cepat, dia meluncurkan serangan dengan pedangnya, menyerang Althaf dari jarak dekat.
Althaf mengangkat tangannya, mengumpulkan seluruh kekuatan petirnya, dan menahan serangan pedang Fuadi. Benturan dua kekuatan itu menciptakan ledakan energi yang mengguncang seluruh arena, membuat batu-batu besar di sekitarnya bergetar.
Pertarungan terus berlangsung dengan intensitas yang semakin meningkat. Fuadi memanfaatkan kemampuan manipulasi darahnya untuk menciptakan berbagai senjata dan taktik, sedangkan Althaf mengandalkan kecepatan halilintar merahnya untuk menyerang dengan serangan-serangan kilat yang tak terduga.
Di sela-sela pertempuran, sorak-sorai penonton semakin menggema. Ini bukan hanya pertarungan kekuatan, tapi juga pertarungan strategi dan ketahanan.
Di atas, kursi kosong dari para Semi Spesial dan Spesial kini seolah menjadi saksi bisu dari pertarungan hebat ini. Meskipun tak ada seorang pun dari mereka yang duduk di sana saat ini, mereka yang menonton tahu betapa pentingnya pertarungan ini. Althaf berjuang untuk membuktikan dirinya layak masuk dalam barisan Semi Spesial.
Namun, saat Althaf mulai mendesak Fuadi, tiba-tiba Fuadi mengeluarkan jurus terkuatnya. Dia mengalirkan lebih banyak darah dari tubuhnya, membentuk tombak raksasa berwarna merah tua. Tombak itu melayang di udara, penuh dengan energi mematikan.
"Tombak Darah Kematian!" seru Fuadi, melemparkan tombak itu ke arah Althaf dengan kecepatan yang menakutkan.
Althaf mengerahkan seluruh kekuatan halilintarnya, dan dalam sekejap, dia menghindar dengan gerakan secepat kilat. Tombak darah menghantam tanah di belakangnya, menciptakan ledakan yang menghancurkan sebagian arena.
Dengan kilatan halilintar yang menyelimuti tubuhnya, Althaf melihat peluang. Dia melompat ke udara dan menyerang balik dengan seluruh kekuatan halilintarnya, mengarahkan pukulan terakhir yang membungkus pedang halilintar merah di tangannya langsung ke arah Fuadi.
"Aku tak akan kalah!" teriak Althaf, menyerang dengan kekuatan penuh.
Pedang halilintar merahnya menembus pertahanan darah Fuadi, menghantam tubuhnya dan mengirimkan gelombang energi yang besar ke seluruh arena. Fuadi terlempar ke belakang, jatuh ke tanah dengan keras.
Seluruh arena terdiam sejenak, udara terasa berat oleh ketegangan. Dan kemudian, sorak-sorai gemuruh pecah dari para penonton. Mereka menyaksikan kemenangan Althaf yang epik atas Fuadi.
Di tengah-tengah tepuk tangan dan sorakan, Althaf berdiri dengan napas yang berat, namun penuh kemenangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia yang berdarah
FantasySeorang anak yang hidup dalam bayang-bayang kehancuran mendapati dirinya tersiksa oleh kenyataan yang tidak pernah bisa ia lupakan. Ia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri ketika desanya dihancurkan oleh monster raksasa, menyapu bersih seluruh...