Setelah suasana sedikit tenang dan arena mulai pulih, Ilham, sang Penguasa Petir, mengamati medan yang telah berubah dengan sorotan tajam matanya. Meski para Spesial mulai memperbaiki segala sesuatu, pikirannya melayang jauh, memikirkan ancaman yang baru saja mereka hadapi dan potensi ancaman yang lebih besar di depan.
Ilham berbalik dan berjalan mendekati Evan, Nopla, Althaf, dan Nior. Kali ini wajahnya tampak serius, dan aura kekuatan yang mengelilinginya menjadi lebih terasa. Para pejuang Semi Spesial langsung merasakan ketegangan yang tak lagi tersembunyi.
"Kita telah menunda bahaya untuk sementara waktu," kata Ilham, suaranya bergemuruh seperti petir di kejauhan, "tapi ini hanya awal dari ancaman yang lebih besar. Ada misi yang harus segera dijalankan, dan tidak bisa semua pejuang dilibatkan."
Mata Nior menyipit, merasa ada sesuatu yang besar akan terjadi. "Misi apa yang kau maksud, Ilham?" tanyanya.
Ilham tak langsung menjawab. Sebaliknya, ia menatap ke arah dua sosok yang baru tiba: Darian, sang Penguasa Angin, dan Avand, sang Penguasa Kaca. Mereka adalah dua Knight yang telah lama dikenal karena keahlian unik mereka—dan juga loyalitas mereka kepada Nexus. Wajah Darian penuh semangat, sedangkan Avand yang tampak lebih tenang, selalu bersikap kalkulatif dengan senyum kecil di sudut bibirnya.
Ilham memberi isyarat kepada mereka untuk mendekat. "Darian, Avand, kalian dipilih untuk misi ini," katanya tegas. "Ini adalah misi yang sangat berbahaya, dan kami tidak bisa membiarkan banyak orang tahu detailnya. Hanya kalian berdua, bersama Althaf, yang akan melaksanakan tugas ini."
Althaf, yang sebelumnya masih berusaha memulihkan dirinya dari pertempuran, tersentak. "Aku?" Dia tak bisa menahan keterkejutannya. "Misi berbahaya apa ini, Ilham?"
Ilham mendekatkan dirinya ke Althaf, Darian, dan Avand, wajahnya semakin gelap, seolah ada sesuatu yang bahkan terlalu mengerikan untuk diungkap di hadapan yang lain. "Detail misi ini bersifat rahasia. Hanya kalian yang perlu tahu, dan saat waktunya tiba, kalian akan diberi instruksi lebih lanjut."
Darian, yang sejak tadi diam, melipat tangannya dan berbicara dengan suara rendah namun penuh kepercayaan diri. "Kalau misi ini begitu berbahaya, kenapa hanya kami yang dikirim? Apakah kami cukup kuat untuk menangani ini?"
Ilham menatap Darian dalam-dalam, lalu mengangguk. "Kalian bertiga memiliki keterampilan yang unik, yang diperlukan untuk misi ini. Darian, kemampuanmu untuk bergerak cepat dan berbaur dengan angin akan sangat dibutuhkan. Avand, penguasaan kacamu memberikan taktik cermin yang akan membuat kalian tak terlihat di mata musuh, dan Althaf... kau sudah terbukti mampu bertarung di saat-saat paling kritis."
Avand, yang selama ini tenang, kini berbicara. "Tingkat rahasia apa yang harus kami jaga? Dan kenapa kami tak bisa memberi tahu yang lain?"
Ilham menarik napas dalam, menatap mereka bertiga dengan penuh keyakinan. "Ancaman yang kalian hadapi berbeda dari yang kita lihat sebelumnya. Lebih licik, lebih tersembunyi, dan lebih berbahaya. Misi ini tidak hanya soal kekuatan fisik, tapi juga tentang kecerdasan, taktik, dan kemampuan untuk tetap tak terdeteksi."
Suasana di antara mereka semakin tegang. Darian dan Avand saling pandang, sementara Althaf merasakan beban tanggung jawab semakin besar di pundaknya. Meskipun tidak diberi tahu detail misi tersebut, ia tahu bahwa ini bukanlah tugas biasa.
"Baik," kata Darian akhirnya, suaranya penuh ketegasan. "Jika ini untuk melindungi Nexus, kami akan melakukannya."
Althaf mengangguk, meskipun masih belum tahu apa yang menanti mereka. "Aku siap," jawabnya dengan tegas.
Ilham tersenyum tipis, penuh rasa hormat kepada tiga pejuang muda ini. "Kalian tidak sendirian. Jika keadaan memaksa, beberapa dari tingkat Spesial akan mendampingi kalian. Tapi ingat, keberhasilan misi ini bergantung pada kemampuan kalian bertiga untuk tetap bergerak dalam bayang-bayang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia yang berdarah
FantasySeorang anak yang hidup dalam bayang-bayang kehancuran mendapati dirinya tersiksa oleh kenyataan yang tidak pernah bisa ia lupakan. Ia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri ketika desanya dihancurkan oleh monster raksasa, menyapu bersih seluruh...