Melawan diri sendiri

5 0 0
                                    

Kuil Jiwa Tersembunyi berada di tengah-tengah Nexus, dikelilingi oleh reruntuhan kuno yang telah lama dilupakan oleh waktu. Bangunan itu tampak megah sekaligus angker, diukir dari batu hitam yang memancarkan aura misterius. Di depan kuil, patung-patung prajurit yang telah runtuh tampak seolah menunggu mereka dengan sunyi.

Darian, Althaf, dan Avand berdiri di depan pintu gerbang besar kuil. Habibi berdiri di belakang mereka, matanya penuh keseriusan. "Ini tempatnya," katanya pelan. "Kalian akan masuk sendirian. Begitu melewati gerbang ini, kalian tidak akan bersama satu sama lain. Apa yang akan kalian temui adalah bagian terdalam dari diri kalian, yang bahkan mungkin tidak kalian sadari."

Ketiganya saling pandang. Ada ketegangan, tapi juga tekad. Mereka tahu tidak ada jalan lain selain maju.

"Siap?" Darian menatap Althaf dan Avand, yang mengangguk.

Mereka melangkah menuju pintu kuil yang terbuka secara perlahan. Saat mereka melewati gerbang besar itu, dunia di sekitar mereka tiba-tiba berubah. Cahaya redup memudar, digantikan oleh kegelapan pekat yang menelan segala sesuatu di sekitarnya.

Kuil Jiwa Tersembunyi terus berdiri kokoh, aura misteriusnya semakin terasa. Saat Darian, Althaf, dan Avand melangkah melewati gerbang, tubuh mereka seketika tertarik ke dalam jurang kehampaan, memisahkan mereka dari satu sama lain. Di dalam kesendirian itu, masing-masing harus menghadapi tantangan terdalam yang tersembunyi di balik jiwa mereka. Namun kali ini, mereka tidak hanya akan berhadapan dengan ketakutan, tapi juga potensi kekuatan yang tak terduga.

Darian - Penguasa Angin

Darian jatuh ke dalam kehampaan, tetapi sebelum ia sempat menabrak tanah, tubuhnya melayang di udara. Angin berputar-putar di sekitarnya, membentuk pusaran badai yang semakin kuat. Namun, di depannya berdiri sesosok makhluk hitam, bayangannya sendiri, dengan mata memancarkan kebencian.

"Angin tidak memihak siapa pun, Darian," sosok itu berbisik dengan suara bergaung. "Kau tak lebih dari pengendali yang rapuh. Kau takut pada kekuatanmu sendiri, dan karena itu, angin tak akan pernah mematuhi kehendakmu."

Angin di sekitar Darian mulai mengamuk, mencambuk tubuhnya, memotong pakaian dan kulitnya dengan kasar. Darian mencoba mengendalikan kekuatan itu, tapi setiap kali ia menggerakkan tangannya, angin semakin liar. Bayangan itu tertawa sinis, seolah menertawakan ketidakmampuannya.

"Tidak... Aku bisa mengendalikan ini," Darian berbisik pada dirinya sendiri, tetapi suaranya hilang di tengah badai.

"Benarkah? Kau bahkan tak bisa melindungi mereka yang kau kasihi. Kau akan selalu gagal... Kau tidak layak mengendalikan angin ini!" teriak bayangan itu, saat pusaran angin berubah menjadi badai yang semakin menelan Darian.

Tapi di saat badai hampir menelannya sepenuhnya, Darian memejamkan mata dan merasakan angin di sekitarnya. Ia bukan hanya mengendalikannya, ia menyatu dengan angin itu. Dalam ketenangan batinnya, ia mendengar aliran udara, merasakan setiap pergerakannya. Ia tidak perlu memerintah, ia hanya perlu berkomunikasi dengannya.

Darian membuka matanya, kini dipenuhi oleh kilatan kekuatan. Dengan satu gerakan tangannya, badai itu berhenti seketika, terhenti dalam ketaatan sempurna.

"Aku bukan pengendali yang rapuh," Darian berkata dengan tenang. "Aku adalah angin itu sendiri."

Dengan satu putaran tangannya, angin memusnahkan bayangan itu menjadi serpihan, menguap ke udara. Angin kini mengikuti setiap gerakan Darian, meliuk-liuk di sekitarnya, siap diperintah atau dibebaskan. Ia kini adalah penguasa angin, dengan kekuatan yang tak terbatas di tangannya.

Althaf - Pengendali Halilintar Merah

Althaf menemukan dirinya di tengah badai petir yang mengerikan, petir berkilat di sekelilingnya, namun bukan petir biasa. Halilintar yang menyambar ini berwarna merah menyala, dan setiap kilatan membawa rasa sakit yang luar biasa ke dalam tubuhnya. Di tengah badai, bayangan dirinya yang besar berdiri tegak, diselimuti halilintar merah, yang tampak lebih kuat dan tak terkalahkan.

Dunia yang berdarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang