Ujian Mematikan

5 0 0
                                    

Perjalanan Althaf, Darian, dan Avand berlangsung dalam keheningan yang berat. Angin yang sebelumnya membawa mereka kini mereda, membiarkan mereka berjalan di antara pepohonan hutan yang gelap dan lebat. Udara di sekitar terasa dingin dan menusuk, sementara suara dedaunan yang berdesir di bawah kaki mereka seakan diserap oleh kegelapan yang menyesakkan, seolah-olah hutan itu sendiri mengawasi setiap langkah mereka.

Setelah beberapa waktu, Althaf, yang sejak tadi memendam kegelisahan, akhirnya tak bisa menahan lagi. "Darian," suaranya memecah keheningan dengan nada tegas, "sebenarnya apa misi kita ini? Kenapa hanya kau yang tahu?" Matanya tajam, penuh tuntutan.

Avand, yang berjalan di samping mereka, mengangkat alis dan menoleh ke arah Darian. "Althaf benar. Kita sudah berjalan jauh, dan aku pun belum sepenuhnya tahu detailnya. Apa sebenarnya yang kita hadapi?" tanyanya, nadanya tenang namun penuh ketegangan.

Darian tetap berjalan tanpa menoleh, pandangannya lurus ke depan, seolah fokus pada jalan yang seakan tak berujung di depan mereka. Ia tahu pertanyaan ini akan muncul, tapi ia berharap bisa menundanya lebih lama. "Kalian tahu," Darian memulai dengan suara rendah, hampir berbisik, "ini bukan misi biasa. Bukan hanya soal kekuatan kita bertiga. Ini soal kegelapan yang lebih besar dari apa pun yang pernah kita hadapi."

Althaf mengepalkan tangan, merasakan ketegangan dalam kata-kata Darian, namun tetap belum puas. "Aku paham misi ini berbahaya, tapi kenapa kau tidak memberi tahu kami sejak awal? Kenapa seolah-olah kau menanggung semuanya sendiri?" Althaf menahan amarah, tetapi kekecewaan terlihat jelas di matanya.

Darian berhenti mendadak. Ia menarik napas dalam-dalam, memejamkan mata sejenak, sebelum berbalik menghadap Althaf dan Avand. Matanya terlihat lelah, seolah berat beban yang ia pikul sudah terlalu lama tak dibagi. "Karena, Althaf," Darian berkata dengan nada rendah namun penuh penekanan, "misi ini bukan hanya soal pertempuran. Ini soal tanggung jawab yang sangat besar. Hanya aku yang diberi kepercayaan penuh oleh Ilham dan para Spesial untuk memahami sepenuhnya apa yang akan kita hadapi."

Althaf mengernyit, jelas tidak puas dengan jawaban itu. "Tanggung jawab? Kita semua bertanggung jawab di sini, Darian. Kita satu tim. Kau tak bisa berjalan sendiri dan menganggap kami hanya sebagai pendukung."

Pertentangan mulai terasa. Avand, yang biasanya lebih pendiam, akhirnya angkat bicara dengan nada tegas. "Althaf benar. Jika kita satu tim, kita harus tahu semuanya. Kalau tidak, bagaimana kita bisa bekerja sama?"

Darian memijat pelipisnya, frustrasi. "Kalian tidak mengerti. Ini bukan sekadar soal kepercayaan atau kerja sama. Ini tentang sesuatu yang jauh lebih berbahaya dari yang pernah kalian bayangkan."

Althaf semakin geram, tetapi mencoba tetap tenang. "Jadi jelaskan, Darian! Jelaskan apa yang sebenarnya kita hadapi!"

Darian menghela napas panjang, berat untuk membagi beban yang ia coba pikul sendirian. Ia memutuskan bahwa saatnya mereka tahu kebenarannya. Dengan suara yang pelan namun penuh ketegangan, ia akhirnya berkata, "Kita dikirim untuk mengalahkan Penjaga Kegelapan—entitas yang sangat kuat, jauh melampaui apapun yang pernah kita lawan. Dia adalah salah satu makhluk terkuat di bawah kuasa kegelapan yang mulai bangkit."

Althaf terdiam sejenak, mencoba mencerna informasi itu. "Penjaga Kegelapan?" ulangnya dengan alis yang mengernyit.

Darian mengangguk serius. "Ya. Tugas kita adalah mengalahkannya dan merebut Vostrex of Darkness, sebuah artefak kegelapan yang sangat berbahaya. Ilham mempercayakan misi ini padaku karena risiko yang terlibat terlalu besar. Vostrex bisa memicu kebangkitan penuh kegelapan di Nexus, dan itu berarti kehancuran bagi semua yang kita kenal."

Avand menelan ludah, merasakan ketegangan semakin membebani. "Dan kenapa kita? Kenapa bukan para Spesial yang langsung turun tangan?"

Darian menunduk, lalu menjawab dengan nada getir. "Karena mereka tahu bahwa tidak semua Spesial bisa menyentuh Vostrex tanpa dampak fatal. Artefak ini memiliki kekuatan yang bisa menghancurkan jiwa seseorang yang terlalu kuat atau terlalu terhubung dengan energi kegelapan. Mereka percaya, dengan level kekuatan kita yang masih di tahap Semi-Spesial, kita lebih aman untuk berhadapan dengannya."

Dunia yang berdarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang