04. "Akan saya turuti, Binar."

1.4K 243 39
                                    

24 Oktober 2024

04; "Akan saya turuti, Binar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


04; "Akan saya turuti, Binar."
Jeng N.

Ini tidak akan lama, seharusnya. Dia hanya perlu bertemu dengan Adyatama dan membahas tentang perjanjian pranikah yang sudah tertera di selembar kertas putih bertinta hitam.

Bersama dengan pengacara pribadinya— Sastro Soejatmoko, Binar kembali menapaki kediaman Sapta. Yang kali ini, hanya ada Adyatama di dalam hunian mewah berlantai tiga itu. Katanya, kedua orang tua Adyatama tengah menghadiri undangan perjamuan salah satu menteri.

Adyatama sudah terduduk di salah satu sofa panjang yang membentang di ruang tamu, ketika Binar dan Sastro memasuki ruang utama kediaman Sapta. Pria dengan lintingan kretek yang terapit di antara dua bibir itu tengah asyik membaca koran yang ada di tangannya.

Kacamata tua membingkai wajahnya, terlihat begitu cocok dengan sosok Adyatama yang terlihat matang dan sangar. Hidungnya yang mancung berhasil menyanggah tulang dari kacamata itu, bingkainya yang berwarna coklat itu terlihat begitu cocok dengan kulit sawo matang Adyatama. Jawline-nya juga terbentuk dengan sempurna, menambah kesan tegas dari Adyatama.

Tak heran apabila Adyatama menjadi incaran anak gadis para petinggi negara untuk dijadikan suami, setidaknya begitulah rumornya. Dan sayangnya Adyatama yang sudah nyaris di pertengahan kepala tiga itu masih hidup dengan pangkat yang itu-itu saja. Tak ada kenaikan pangkat hingga melejit karena konon katanya Adyatama berusaha digulingkan oleh beberapa pihak yang merasa tersaingi dan bahaya dengan kehadiran Adyatama.

"Mas Adyatama," panggil Binar dengan suara lembutnya. Kaki yang dibalut dengan heels pendek berukuran empat senti itu tak terdengar berisik karena sang pemilik berjalan begitu anggun menuju calon suami yang sudah menengadah, membalas tatapan mata Binar.

Adyatama terlihat meletakkan koran yang ia baca ke atas meja. Pria itu mengambil alih lintingan kreteknya dan membuang ke dalam asbak.

Binar pun langsung mengambil duduk di sofa seberang Adyatama. Sementara Sastro menyalami Adyatama sebagai basa basi perkenalan.

"Sastro Soejatmoko," Sastro menjabat tangan Adyatama.

"Adyatama," balas pria itu, sembari melepas cekalan tangan Sastro.

Selepas Sastro mendudukkan diri di samping Binar, perempuan itu membuka suara. "Jadi, Mas Sastro ini pengacara aku. Dia yang akan menjadi saksi perjanjian pranikah kita, Mas."

Adyatama mengangguk, "Sini, saya lihat dulu."

Binar menoleh pada Sastro, memberi anggukkan kepada pria yang berstatus pengacara pribadinya itu. Tangan Sastro dengan cekatan membuka tas kerjanya untuk mengeluarkan sebuah map coklat yang di dalamnya berisi surat perjanjian pranikah.

"Silakan Pak Adyatama baca, untuk poin yang kurang disetujui bisa dibicarakan dengan Nona Binar untuk disepakati bersama," kata Sastro dengan tegas.

Adyatama membuka map itu, mengeluarkan satu kertas yang ada di dalamnya. Bibirnya menyeringai tipis ketika melihat begitu bersemangatnya calon istri mudanya ini ketika mengajukan syarat-syarat pernikahan hingga sepuluh nomor tertera di sana.

Mari BercintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang