09. "Hanya rasa iba."

1.7K 256 22
                                    

30 Oktober 2024

30 Oktober 2024

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

09; "Hanya rasa iba."
Jeng N.



NOESANTARA 
Putri Soedibja ternyata perempuan bengis!

BERITA KITA
Kenali profil Adyatama Setunggala Sapta, calon Letnan satu.

BOEMANTARA
Polemik politik dibalik pelikSoedibja.

Oetomo melempar surat kabar tepat di depan Binar yang terlihat cukup tegang akan kemarahan Oetomo pagi ini.

"Perempuan macam apa kamu ini?"

Binar meremas rok dari gaun yang tengah ia kenakan, takut menyelimutinya, kemarahan Oetomo akan berita yang dimuat di dalam kabar berita pagi ini seolah tak terbendung.

"Buka mulut kamu yang bisa berbicara itu."

Binar menarik nafas panjang sebelum menjawab ucapan pedas Romo. "Maaf, Romo."

"Berhenti membuat ulah. Asal kamu tau, Romo mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk membawa Putra Sapta menikahimu."

Jantung Binar rasanya diremas kuat. Benar-benar luar biasa sakitnya. Tak menyangka ucapan itu keluar dari mulut Ayahnya sendiri. Ini bukan pertama kalinya, tapi rupanya nyerinya masih sama. Atas alasan ini pula Binar berusaha lepas dari jerat Soedibja yang membelenggunya. Mahakarya Soedibja yang ditengarai cacat ini menjadi momok memalukan menurut Oetomo, mencoreng citranya sebagai kepala rumah tangga yang baik. Mungkin, andai saja kekurangannya ini bawaan sejak bayi, kondisinya berbeda. Karena ini adalah sebuah keteledoran kedua orang tua, nama baik mereka seolah tercoreng begitu saja. Julukan Mahakarya Soedibja Putri yang cacat seolah wajib tersemat di setiap pemberitaan yang memuat Binar di dalamnya.

Barangkali itu menjadi bayangan mengerikan Oetomo selama puluhan tahun belakangan, hingga ingin Binar tersingkirkan. Di usianya yang masih belia, Binar bahkan harus fokus mempersiapkan diri dengan segala perjodohan yang diatur oleh Romo dibandingkan dengan pendidikan yang ia enyam.

Untung saja ada Kamajaya yang selalu berhasil membawanya kabur dari segala perjodohan membosankan itu. Dengan segala cara, otak cerdik kakaknya itu membawa Binar ke tempat-tempat jauh yang tak pernah Binar pijaki, untuk berdua nikmati. Kamajaya, dikenal sebagai Mahakarya Soedibja yang dipahat Tuhan ketika sedang murka. Wajahnya yang terbingkai kacamata itu dipandang antagonis oleh banyak manusia karena liciknya menurun dari otak Oetomo. Semua orang seolah paham jika berhadapan dengan Kamajaya tandanya sedang melawan pahatan Tuhan yang berbahaya.

"Adyatama juga. Laki-laki gila." Oetomo kembali bersuara, menghardik calon menantunya.

Oetomo baru menghentikan hardikkannya pada Adyatama ketika seorang pelayan datang, menginterupsi sesuatu, "permisi, Tuan besar. Ada Mas Adyatama menunggu di luar."

Mari BercintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang