27 Oktober 2024
selamat datang buat pembaca baru, shock ada yang baca padahal baru ku publish cerita ini haha. jangan lupa vote comment ya! seneng banget 🤎
Panggil aku Jeng!
***
07; "Kita bercerita"
Jeng N."Kita punya waktu satu jam untuk sampai di tempat tujuan. Kamu bisa gunakan satu jam itu untuk bercerita," kata Adyatama, diakhiri dengan senyum tipis, tipis sekali.
....
Kepala Binar tertoleh pada Adyatama yang tengah fokus mengendarai mobil. Tetiba lehernya serasa dicekik ketika pria itu memberinya waktu selama satu jam untuk bercerita tentang dirinya.
"Sudah tiga puluh menit terlewat dengan sia-sia," ujar Adyatama. "Sisa tiga puluh menit untuk kita bercerita, Binar," bujuk Adyatama. "Setelah kamu bercerita, saya akan menceritakan diri saya."
Rasanya sedari tadi Adyatama terus menerus berbicara tiada henti, meminta Binar bercerita apa saja. Masalahnya, Binar juga tak tau apa yang harus diceritakan. Untuk pertama kalinya ada seseorang pria yang ingin tau lebih dalam tentangnya.
Sementara itu, di dalam diamnya Adyatama, pria itu lebih tertarik pada kisah Soedibja yang katanya tak terkalahkan, dan apa motif Oetomo menjadikan dia sebagai menantu laki-laki Soedibja.Permasalahannya adalah kedudukan keluarga Adyatama tak akan pernah bisa sebanding dengan Soedibja, pun Adyatama harus bergegas memantaskan diri untuk menyandang gelar sebagai menantu pria Soedibja, satu-satunya.
Dan jika perlu, sungguhan, Adyatama ingin melatih ilmu kebal diri supaya tahan hantam oleh Putra Soedibja, jikalau tidak sengaja Putri Soedibja menangis dibuat karenanya.
"Baru kali ini kesabaran saya diuji," ucap Adyatama.
Binar menolehkan kepala. "Mas Adyatama mau tau yang mana?"
"Apa saja. Mungkin tentang kamu yang nggak bisa apa-apa sendirian, tapi justru pandai memetik kuncup daun teh sebelum diracik menjadi teh hijau pahit kesukaanmu?"
Mendengar itu Binar mengangguk paham. "Selama aku berbicara, jangan pernah memotong, Mas. Biarkan aku menyelesaikan pembicaraanku. Aku nggak terima kritikan juga, ya," peringat Binar sebelum ia mulai berbicara.
"Astaga," Adyatama mengelus dada dengan sabar. Binar ini, benar-benar tidak dapat dia definisikan. Unik sekali.
Adyatama hanya berdehem sebagai jawaban. Ia kembali fokus pada jalanan senggang siang ini. Sedangkan Binar berulang kali menarik nafas untuk meredakan kegugupan. Untuk pertama kali, Binar akan membahas banyak hal dengan orang asing. Entah bagaimana respon Adyatama nantinya, tapi Binar juga takut jika nantinya pria itu akan berkomentar buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mari Bercinta
RomanceKepulangan Adyatama dari pelatihan militer menjadi bencana, ketika ia dipaksa menikah dengan putri bungsu Soedibja yang tuli. Sekalipun usianya menyentuh kepala tiga, agenda pernikahan tak pernah terlintas di kepala. Sayangnya, ia pun tak kuasa meno...