08. "Jangan tambah pasal baru."

1.3K 249 52
                                    

29 Oktober 2024

08; "Jangan tambah pasal baru,"Jeng N

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

08; "Jangan tambah pasal baru,"
Jeng N.


Blitz kamera terus berdatangan ke arah mereka, beriringan dengan beberapa media yang turun dari dalam mobil dan kursi tunggu. Adyatama dengan sigap menyelipkan jemarinya di sela-sela jari Binar yang kecil.

"Mas Adyatama apa benar akan menikah dengan Denayu Binar Soedibja?"
"Mbak Binar Soedibja, apa alasan Anda menikah semuda ini?"
"Kira-kira kalian kapan menikah?"
"Apa ini perjodohan politik? Apakah Bapak Soedibja akan mencalonkan diri menjadi pemimpin negara tahun ini, Mbak?"
"Mas Adyatama sudah berapa lama mengenal Mbak Binar?"
"Apakah Mas Adyatama mendapat benefit lain dengan menikahi Mbak Binar?"
"Bagaimana tanggapan calon Mas gubernur? Melihat ini?"
"Skandal Mbak Binar dengan Mas Kamajaya bagaimana?"
"Respon Mas Kama bagaimana, Mbak? Mendengar pemberitaan ini?"
"Apakah Mas Adyatama akan maju ke kursi pemerintahan setelah menikah dengan Putri Soedibja?"

Pertanyaan rentetan itu datang tiada henti, seolah tengah mencaci mereka dalam balutan pertanyaan. Belum menikah saja hidupnya sudah disorot seperti ini. Apalagi ketika menikah nantinya? Rasanya mata Adyatama kebas melihat kilatan cahaya di tengah gerumbulan wartawan itu.

Adyatama menyempatkan diri menoleh ke belakang, pada Binar yang terlihat tenang dan terus mendongakkan dagunya, terkesan angkuh serta tak peduli dengan pertanyaan-pertanyaan di sekitarnya.

"Kayaknya Mbak Binar nggak pakai alat bantu dengar deh? Atau memang sudah tuli? Makanya nggak terlihat respon apapun dengan pertanyaan kita."

Sebuah celetukan kurang ajar berhasil menghentikan langkah Adyatama. Mata tajamnya menelisik satu-persatu wajah orang-orang yang mengerubungi mereka bak semut. "Who says?"

Tiba-tiba hening, sesekali jepretan kamera tetap terdengar, seolah tengah mengambil momen epik itu dijadikan headline berita secepatnya. Memang gorengan media politik dengan bumbu-bumbu romansa menjadi trik jitu untuk menaikkan engagement media.

Badan Adyatama yang besar dan tinggi memudahkan pria itu untuk menelisik satu-persatu orang yang tengah mendongak untuk memotretnya. "Saya tanya, siapa yang berbicara begitu?"

Melihat kondisi yang mulai tidak kondusif, Binar beraksi. Perempuan itu menyentuh lengan Adyatama dengan lembut. "Permisi, saya dan Mas Adyatama ada urusan di sini. Tolong jangan merusak agenda kami."

Denayu Binar yang tenang mulai melihatkan rasa risihnya, membuat para manusia-manusia yang sedari tadi sibuk memotret dan melontarkan pertanyaan mundur perlahan. Bukan titah Binar yang menyebabkan mereka semua mundur, tapi pembawaan perempuan itu membuat semua orang memilih menyelamatkan diri sebelum Denayu Binar murka dan mengobrak-abrik media mereka. Adyatama sedikit terkejut ketika para media membuka jalan untuk mereka, dengan sekali perintah yang keluar dari mulut Binar. Kepala Adyatama menoleh ke belakang, pada calon istrinya yang masih saja memasang ekspresi lempengnya.

Mari BercintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang