06. "Yang Mulia Putri Binar."

1.3K 219 43
                                    

26 Oktober 2024

06; "Yang Mulia Putri Binar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


06; "Yang Mulia Putri Binar."
Jeng N.

"Usiamu itu dua puluh dua tahun, kan?" Adyatama bertanya, memastikan kalau perempuan di depannya ini memang sudah legal untuk dia persunting.

Kepala Binar mengangguk cepat sebagai balasan. Terlihat lucu. Sisi lain Binar Soedibja yang baru Adyatama temukan.

"Dan kamu nggak bisa menyisir rambut sendiri?" tanya Adyatama keheranan.

Baik, anggap saja Binar benar-benar Yang Mulia Putri Soedibja yang segalanya terima beres. Tapi semudah menyisir rambut panjang dan lebatnya itu saja butuh bantuan seorang pelayan?

"Ini tugas kamu nantinya, Mas," jawab Binar dengan entengnya.

Adyatama kini ada di dalam kamar mewah milik Binar. Kamar dengan aroma jasmine yang memberi efek tenang pada siapapun yang mencium harumnya. Jangan salah paham, ada dua pelayan Binar yang menemani. Yang satu menyisir rambut Binar, sementara yang lain membenahi pakaian yang Binar kenakan.

Mereka berencana pergi hari ini, sebagai salah satu upaya memancing media untuk meliput kedekatan keduanya sebelum pernikahan terjadi. Oetomo tidak ingin ada narasi-narasi tentang perjodohan paksa dan sebagainya di kemudian hari. Jadi sebisa mungkin, mereka mencegah kemungkinan-kemungkinan buruk yang terjadi.

Pelayan berusia paruh baya yang tengah menyisir rambut Binar membuka suara setelahnya. "Maaf menyela, Pak, tapi memang Non Binar sedari kecil ini kesusahan menyisir rambut tebalnya sendiri."

Adyatama menatap Binar melalui pantulan cermin. "Lalu dengan pakaian?" tanyanya. Sungguh, Adyatama tak sanggup jika sehari-hari harus memakaikan Binar baju layaknya bayi yang tak bisa apa-apa.

"Maaf Tuan, Non Binar kesusahan kalau memakai pakaian yang berlapis-lapis begini," jawab pelayan yang sepertinya berusia belia itu.

Binar terlihat tak tersinggung maupun terusik dengan pernyataan dua pelayannya. Perempuan itu masih asik mengamati wajahnya sendiri dari pantulan cermin yang merefleksikan sosoknya terbalut gaun biru muda.

Benar-benar Yang Mulia Putri, gumam Adyatama dalam hati.

Kali ini pelayan belia itu mengambil peralatan make up yang tertata rapi di sebuah kotak. Berbagai macam alat kecantikan yang entah apa namanya itu membuat Adyatama mengerutkan dahi.

"Apa saya nantinya juga harus merias wajahmu?" tanyanya.

Kepala Binar mengangguk cepat. "Iya. Tapi sepertinya aku akan bawa Bibi dan Kemala bersamaku setelah kita menikah nanti," kata Binar, menunjuk pada dua orang yang tengah melayaninya.

Adyatama tak ingin  berkomentar apapun. Rasanya ini adalah resiko apabila ia menerima perjodohan tanpa mengenal lebih dalam. Sosok Binar pun cukup minim informasinya, sekalipun ia sudah mengulik setengah mati. Yang ia temukan hanyalah berita seputar Binar anak bungsu Soedibja, Kamajaya dan Binar diduga memiliki hubungan sedarah, Binar yang tak bisa mendengar, Binar yang katanya bisu, dan Binar adalah mahakarya Soedibja yang gagal.  

Mari BercintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang