4 November 2023
Hai, panggil aku Jeng, biar Jawanya kerasa nggak hanya dari cerita tapi juga dari branding orangnya. Latar cerita ini aslinya 2010 ke bawah, dan banyak menggunakan nama ejaan lama di dalamnya ya.
Aku membawa urusan partai. Namanya partai Pidjar Bangsa, untuk perusahaannya Pidjar Soedibja. Pidjar dalam bahasa Indonesia berarti Cahaya. Logo partai masih bingung sih, tapi nanti mau aku coba buat dulu ya logo partainya. Urusan partai masih dipegang oleh Romo Oetomo, ya.
250 votes dan 100 comments ya..
***
12; "Skandal kotor Partai Pidjar Bangsa .."
Jeng N.Adyatama memang punya taste yang unik perihal tempat kencan. Yang pertama ke lapangan tembak, dan kali ini adalah perumahan militer. Sebuah rumah berada tak jauh dari gerbang utama kompleks menjadi pemberhentian Adyatama.
Kepala Binar celingukan menatap rumah gelap tak bertingkat di depannya. "Ini di mana?"
"Rumah dinas saya."
"Malam-malam?" Binar menoleh cepat, menatap Adyatama yang sudah melepas sabuk pengamannya. Binar kira Adyatama akan membawanya pergi makan atau jalan-jalan ke suatu tempat. Tapi justru malah pergi ke rumah dinas?
Adyatama mengangguk, kepalanya tertoleh pada Binar yang merasa ragu untuk turun dari dalam mobilnya. "Saya belum pernah masuk, rencananya sekalian ajak kamu, supaya tau dalamnya gimana, kamu cocok atau tidak."
Binar mengangguk paham setelahnya. Dia melepas sabuk pengaman sebelum membuka pintu mobil dan menuruni mobil besar Adyatama. "Nggak ada lampunya?"
Adyatama menggeleng. Pria itu mengangkat senter yang ia cekal di tangan kanan. "Ada senter."
"Kalau mati?"
"Sudah saya charge seharian."
Oke, percayakan semua pada Adyatama. Pria itu jelas jauh lebih berpengalaman dibandingkan Binar. Adyatama seorang pria berseragam militer, seharusnya ini bukan hal yang pertama kali bagi Adyatama. Menjelajah dalam gelapnya malam.
Adyatama mulai menyalakan senter sembari membuka kunci pintu rumah. Binar menunggu di belakang dengan sabar. Perempuan itu mengamati lingkungan sekitar yang nampak sepi. Rumah dengan model serupa berjejer satu sama lain tanpa pagar.
"Kalau nggak dipagar, memangnya nggak kena maling?" tanya Binar.
Adyatama menggeleng. "Cuma orang yang ingin bunuh diri, kalau berniat mencuri di markas militer, Binar."
Benar juga. Apalagi di gerbang depan dijaga oleh dua orang militer bersenjata laras panjang. Sekali tembak sudah terkapar pastinya. "Pernah ada maling, tidak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mari Bercinta
RomansaKepulangan Adyatama dari pelatihan militer menjadi bencana, ketika ia dipaksa menikah dengan putri bungsu Soedibja yang tuli. Sekalipun usianya menyentuh kepala tiga, agenda pernikahan tak pernah terlintas di kepala. Sayangnya, ia pun tak kuasa meno...