Double Shift

4K 383 23
                                    

Raffa sibuk dengan beberapa mahasiswanya. Raffa mendapatkan masukan dari Qiya untuk memberikan kelas di taman kampus agar mahasiswa nya tidak terlalu penat. Beberapa mahasiswa ikut senang, terlebih pada beberapa perubahan yang terjadi pada Raffa setelah dirinya menikah dengan Qiya. Beberapa mahasiswa mengakui jika Raffa lebih pengertian, tidak terlalu kaku dan sudah tak lagi kejam.

"dr. Raffa , menurut dokter studi kasus yang saya buat bagaimana?" Tanya salah satu mahasiswi bernama Dewi

"Studi apendistis sudah banyak diambil, jika mau ambil studi kasus ini coba perdalam ilmu dan lakukan pengkajian ulang pada penyebab terjadinya apendistis" terang Raffa

"Contohnya kaya apa ya dok?" Tanya Dewi

"Simpang siur masyarakat menerangkan jika terjadinya usus buntu atau apendistis ini terjadi karena sering makan pedas dan biji cabai. Coba kamu lakukan kajian ulang pada penyebab apendistis" tutur Raffa

"Sesederhana apendistis jadi berat ya dok" ujar Dewi

"Perkembangan media sosial semakin berkembang. Sama halnya dalam proses makanan yang masuk, penggunaan obat-obatan dan tentu penyakit. Coba kamu gali lagi ya" ucap Raffa tegas namun tak menyeramkan seperti dahulu.

1 jam 30 menit terlewat. Kelasnya kini sudah usai namun tubuhnya masih ia dudukan pada ruang dosen di kampus. Tak lama Petter datang menghampiri.

"Ngopi yok" ajak Petter

"Yuk! Penat banget gue" balas Raffa

"Yaudah yuk!" Balas Petter dan berjalan menuju parkiran mobil.

Keduanya memang sudah biasa jika stress akan memilih berkunjung ke salah satu cafe yang menjadi langganannya. Cafe tersebut tak jauh dari rumah sakit jika menggunakan kendaraan. Letaknya berada di dalam perumahan. Mobil milik Petter keluar dari kampus. Hanya membutuhkan waktu 15 menit keduanya sudah kembali turun dari mobil dan melangkah masuk ke dalam coffeshop.

"Americano 2" pesan Petter pada barista. Setelahnya Petter menyusul Raffa untuk duduk di salah satu kursi yang tersedia disana.

"Muka lo kenapa asem banget gitu? Engga dapat jatah ya dari ade gue?" tanya Petter

"Ade lo malah ambil shift malem padahal engga gue izinin" balas Raffa

"Anjir beneran engga dapet jatah langsung badmood lo" tawa Petter sudah pecah memenuhi sudut coffeshop tersebut.

"Engga gitu, gue cuma takut dia ketemu Abiyan aja" balas Raffa segera meluruskan maksudnya

"Raffa lo jangan bodoh deh, Abiyan bukan dokter umum dan dokter bedah mana yang praktek malam?" tanya Petter yang mulai kesal

"Masalahnya kalo ada pasien gawat darurat dan Abiyan yang bersedia untuk melakukan tindakan operasi gimana?" khawatir Raffa

"Raff, lo alay banget si! Udah deh jangan mikir yang aneh-aneh. Ade gue udah kecintaan ko sama lakinya! Nih buat buktiin cinta ade gua coba deh lo ajak dia jalan kemana kek. Pas lo bisa libur dan Qiya lepas jaga" usul Petter.

"Hem iya juga" Raffa membenarkan ucapan Petter.








***





Qiya sedang sibuk memeriksa seorang anak yang mengalami febris. Anak tersebut berusia 3 tahun. Kedua orang tuanya mengantar anak tersebut dengan sepeda motor sehingga anak tersebut terbungkus pakaian yang panjang dan juga tebal. Posisi anak tersebut sudah terbaring di brankar dengan jaket yang sudah Qiya buka. Stetoskopnya sedang ia arahkan pada tubuh anak tersebut. Setelah selesai memeriksa Qiya mengarahkan keluarga pasien untuk melakukan pengurusan administrasi. Sang ayah dari anak tersebut berlari menuju administrasi sedangkan sang ibu bersiap mendapatkan rekomendasi perawatan dari Qiya.

Bangsal Terakhir (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang