Brothership YoonJin
.
⚠Adegan kejahatan dan kekerasan tidak untuk ditiru.⚠
.
Cerita ini sepenuhnya fiktif. Semua nama, karakter, tempat, dan kejadian yang digambarkan merupakan hasil dari imajinasi penulis. Saya meminjam nama serta visual (wajah) an...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Selamat membaca.
.
.
.
Seokjin dan Yoongi memasuki rumah dengan Seokjin yang terus mengomel, bukan mengomel pada Yoongi, melainkan mengumpati si pemilik restoran.
Yoongi terkekeh pelan. Apa hyungnya ini tidak lelah mengomel terus? pikirnya.
Begitu masuk ke rumah, Seokjin masih tampak kesal.
"Ada apa? Kenapa pulang-pulang marah-marah begitu?" tanya Woo Bin yang sedang duduk di sofa.
Melihat papanya, amarah Seokjin semakin memuncak. Di depan adiknya mungkin ia terlihat lucu dengan semua omelannya, dan ia membiarkan Yoongi menganggapnya demikian.
Namun, ketika ia melihat papanya, amarahnya berubah menjadi serius, seolah ingin mengadukan rasa marahnya pada sang papa yang duduk dengan penuh wibawa.
"Astaga, Yoongi, kenapa bajumu kotor begini, sayang? Kalian habis main dari mana sih?" tanya Aera sambil menghampiri Yoongi.
"Apa yang terjadi?" tanya Woo Bin.
"Itu ulah pemilik restoran Tiongkok, mantan bos Yoongi. Dia menyiram adikku dengan kopi," jawab Seokjin, penuh emosi.
Baik Woo Bin maupun Aera terkejut mendengarnya.
"Pemilik restoran?" tanya Woo Bin, memastikan.
"Iya, pemilik restoran yang tidak punya hati itu. Pemilik restoran yang malah memukuli adikku dengan koran saat seharusnya membawa Yoongi ke rumah sakit setelah tahu Yoongi mengalami kecelakaan motor." Seokjin menjelaskan dengan nada yang menahan kemarahan.
"Andaikan waktu itu aku tidak bertemu Yoongi... aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada adikku. Saat itu Yoongi kehilangan banyak darah sampai akhirnya pingsan. Jika adikku pingsan sendirian dan tidak ada yang menemukannya, bagaimana? Apa... aku akan kehilangannya selamanya?" lanjut Seokjin dengan suara yang mulai tercekat.
Yoongi terdiam menatap hyungnya yang tampak menahan berbagai emosi. Ia pikir Seokjin hanya kesal pada pemilik restoran itu karena insiden kopi tadi. Tapi ternyata, hyungnya benar-benar marah dan berpikir sejauh itu.
"Oke, aku tahu waktu itu pemilik restoran itu marah pada Yoongi karena dia melakukan kesalahan. Walaupun sebenarnya itu kecelakaan, bukan kesengajaan, seharusnya dia bisa membedakan dan menunjukkan sedikit empati pada adikku."
"Tapi... sekarang adikku tidak melakukan kesalahan apa pun padanya. Kenapa dia masih melakukan hal itu pada adikku?" Seokjin meluapkan semua emosinya.
Woo Bin juga dibuat geram dan menyetujui ucapan putra sulungnya.
"Di mana lokasi restoran itu?" tanya Woo Bin.
Seokjin memberitahu lokasinya.
"Papa akan cari tahu siapa pemilik gedung di sana. Papa akan membelinya dan kita akan usir dia dari sana," kata Woo Bin dengan nada serius.