xɪɪɪ. rain

28 7 0
                                    


𖤛𖤛𖤛

"Minggu depan, minggu depannya lagi katanya bakal ada event?" Joe menendangi kerikil dengan sepatu usangnya. Di sebelahnya ada Haru yang mengantongi kedua tangannya dengan tas tersampir di salah satu pundak.

"Lo tahu dari mana, Sel?" tanya Haru menaikkan alis.

"Mama Evi, kemarin. Katanya sih habis ikut diskusi sama Opa, makanya dia tahu," jawab Joe.

Haru mengangguk mengerti. "Hebat juga. Intel dia."

Joe tertawa. "Anjir lah, woi!" katanya memukul pelan lengan Haru.

"Santai aja, Sel! Tenaga lo tuh kek kuli. Ngeri gue," decak Haru melirik sepupunya yang memasang wajah sinis.

"Heh! Elo!—Aduh, gue lupa lagi siapa namanya. Heh! Elo! Iya, lo yang nengok itu!"

Joe dan Haru saling berpandangan satu sama lain dan menghentikan jalannya setelah menunjuk satu sama lain. Seorang gadis dengan tampang galak mendekat ke arah keduanya. Seingat Joe, jika tidak salah .... perempuan itu adalah anggota OSIS yang pernah menegurnya secara tak santai.

"Heh! Siapa nama lo?" Perempuan anghota OSIS yang baru tiba di hadapan Joe dan Haru itu berkata nyolot. Wajah-wajahnya memang tampak seperti orang yang haus keributan.

Haru dan Joe saling berpandangan sejenak. Sebelum akhirnya Joe mengernyit menatap anggota OSIS di depannya. "Lo tanya siapa sih, dungu? Kagak jelas banget, lo. Tiba-tiba manggil, tiba-tiba sok asik. Waras, lo?" tanya Joe heran.

"Heh! Mulut lo, anjir! Gue kakak kelas lo!" Tunding anggota OSIS tersebut.

Mata Joe melirik almamater yang dikenakan oleh  gadis itu. Gemara Antarisha. Ukiran nama itulah yang mengisi nametagnya.

"Tudep aja. Kenapa?" tanya Haru jengah dengan nada ngegas si Kakak OSIS—Gemara.

"Oh, iya!" pekik Gemara baru teringat ada gerangan apa ia sampai memanggil kedua orang di depannya. "Jadi tuh—Siapa sih nama lo?" Mata Gemara menyipit menatap almamater bagian kanan Haru dan Joe secara bergantian. "Nah, iya—Harsa sama Joheera. Nanti pas balik kalian kumpul di ruang OSIS, ya? Gue sama OSIS lainnya mau bahas event," tuturnya.

"Terus hubungannya sama kita apaan?" tanya Joe bingung.

"Ya—Ada deh pokoknya! Lagian ini yang minta tuh Tuan Dewata, ya! Langsung dari pusat!" ungkap Gemara serius.

"Hah? Op—Tuan Dewata? Emang ada masalah apaan sih dia sama kita? Perasaan gue baik-baik aja tuh, nggak tahu kalau Haru," ujar Joe merasa ngangong.

Haru melirik Joe sekilas. "Lo tahu sesuatu?" Suara beratnya menginterupsi Gemara. Tatapannya malas.

"Errr .... Lo cucu dari Tuan Dewata, kan? Ya udah sih, itu doang," kata Gemara menggaruk kepalanya.

"Gue?" Haru menunjuk dirinya sendiri. Gemara mengangguk. "Nggak ada yang lain lagi?" tanya Haru.

Gemara menggeleng. "Kemarin gue sama yang lain cuma dapet info kalau lo, Rasatya Cleo Madhava, sama—Yang satunya siapa sih? Lupa gue." Ia masih berusaha mengingat-ingat.

Joe dan Haru menunggu dengan sesekali melirik satu sama lain dengan tatapan yang sama. Keduanya seperti berbicara lewat lirikan mata.

Ruang Kosong [Choi Hyunsuk x Kawai Ruka]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang