xᴠ. sorry

32 7 4
                                    


𖤛𖤛𖤛

"Sayang, kamu cuma pesen americano aja?" Nandine menenteng tas jinjingnya dengan elegan. Senyumnya tersampir anggun menatap si pria, Raksa Adigara.

Sempat melamun, Raksa tersadarkan dan mengangguk atas ucapan Nandine. Kakak laki-laki Joe itu tersenyum lembut.

"Tunggu bentar ya, hubby."

"Oke."

Hari minggu ini, Raksa mengadakan dinner bersama Nandine. Sebenarnya yang mengajak Nandine sih, Raksa bagian iya-iya saja.

Beberapa hari setelah perdebatannya bersama Joe, Raksa merasa jika adiknya membentangkan jarak tak kasat mata yang begitu besar. Setiap kali ia berpapasan dengan Joe, pasti gadis itu tak bergeming sedikitpun untuk menyapanya.

Arah matanya menatap Nandine yang tengah memesan. Jika dilihat secara lamat-lamat, perempuan anggun itu terlihat seperti Airaya Diana, pacarnya sebelum Nandine.

Sebenarnya, selepas mendapatkan info jika Raya memiliki gangguan mental, Raksa sempat memutuskan Nandine. Tapi, setelah 3 bulan kepergian Raya, Raksa kembali berhubungan dengan Nandine. Alasannya? Sebab jika dilihat intens, Nandine mirip sekali dengan Raya. Cantik sekali, bahkan anggunnya sama.

Flashback,

"Sa, lihat deh, aku kemarin habis ganti kacamata aku ke lensa kontak. Cantik, nggak?" Binaran mata Nandine melihat ke arah Raksa dengan senyum manisnya.

Raksa mengalihkan perhatiannya dari handphone ke Nandine. Sejenak, ia terpesona sebab melihat sosok Raya di hadapannya, bukan Nandine.

Secara reflek, Raksa berkata. "Cantik banget .... Apalagi kalau rambut kamu panjang."

Raut wajah Nandine terlihat berpikir. "Apa aku panjangin rambut aku aja, ya?"

Raksa hanya mengangguk dengan tatap berharapnya.

End.

Semenjak ucapan Raksa saat itu, Nandine kini berpenampilan dengan rambut panjangnya. Bahkan ia sampai rela menghabiskan uangnya hanya demi menjaga rambutnya agar tetap panjang dan terawat. Tanpa berpikir jika Raksa hanya masih terbayang bayangan tentang Raya.

"When I look in her eyes, I find a glimpse of us," gumam Raksa menatap punggung Nandine sembari tersenyum tipis.

𖤛𖤛𖤛

Joe mengetukkan jarinya di meja bosan. Sudah 30 menit yang lalu ia berada di dalam kafe menunggu Haru yang mengajaknya kemari namun hilang begitu saja. Katanya sih, Joe harus menunggu sebentar. Tapi 30 menit itu sebentar apanya?

"Kurang ajar tuh bocah. Nyuruh gue duduk di sini tapi nggak balik-balik? Yang bener aja," gumam Joe setia menatap pintu masuk-keluar.

Tring

Tring

Tring

Joe meraih ponselnya dengan gerakan malas. Ia menggeser ikon hijau dan menempelkan benda persegi itu di telinganya.

Dengan ketusnya, ia berkata, "Siapa?"

Ruang Kosong [Choi Hyunsuk x Kawai Ruka]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang