𖤛𖤛𖤛Rambut yang baru saja disemir dengan warna merah itu berterbangan. Pemiliknya hanya memasang senyum tipis. Menikmati sepoi angin yang menyapu wajahnya. Dia ada di rooftop untuk membolos. Dalam catatan masa SMA-nya, baru kali ini ia tak mengikuti KBM di kelas dan lebih memilih bersemayam di rooftop.
Bukan. Bukannya selama ini tidak nakal, namun selama ini ia berusaha menahan. Tetapi pertahanan itu runtuh, dan kini Joe kembali menjadi dirinya sendiri. Kembali seperti sediakala.
Ya. Menjadi dirinya sendiri. Joe akan lebih percaya diri jika dia menjadi dirinya sendiri. Bukan menjadi boneka yang ditarik-ulur oleh banyak orang.
"Gue ngerasa kalau gue punya alter ego." Joe terkekeh membayangkan dirinya sendiri.
Kemarin-kemarin ia bersikap seperti gadis polos, anggun, dan lembah lembut. Secara sadar, sekarang dia berubah menjadi seperti orang yang tak tahu-menahu mengenai peraturan dunia dan bersikap semaunya. Lucu sekali.
"Peran yang bagus, tapi gue nggak mau ngulang lagi," monolognya mengingat dirinya yang kemarin.
"Kalau gue masih kayak kemarin, mungkin gue nggak cuma dipasung doang. Tapi disiksa sampai sekarat," ujar Joe terkikik.
Hening setelahnya. Joe masih terduduk di pembatas rooftop dengan kaki yang terayun pelan. Tak memikirkan semisal ia bisa saja jatuh ke bawah sana. Joe kelewat berani dan menantang malaikat maut.
"Nanti gue harus nyamperin Jessalyn," gumamnya menghela nafas gusar.
𖤛𖤛𖤛
Dengan tangan yang memegang karangan bunga, Joe melangkah mendekat ke area pemakaman. Raganya berusaha tak gentar meskipun mendung di matanya tak dapat terelakkan.
Semakin Joe mendekat, semakin perih rasanya. Dengan gerakan yang sangat hati-hati, Joe meletakkan karangan bunga yang dibawanya di atas pusara yang dikunjunginya. Ia berjongkok, mengusap pelan batu nisan berwarna hitam itu sebelum menyiramnya dengan air yang dibawanya.
Jessalyn Nawang Lara. Nama itulah yang terpampang di batu nisan.
Seperti namanya, “Lara”. Selama hidupnya, Jessalyn mengidap penyakit gagal ginjal. Bolak-balik dia melakukan cuci darah, namun nyatanya dia akhirnya berpulang ke rumah Tuhan. Meninggalkan segala bekas kenangan dan luka untuk Joe.
Di hadapan Jessalyn yang sudah terbaring di dalam tanah, Joe memejamkan mata dan menengadahkan tangannya—berdoa. Memohon agar Jessalyn diberikan tempat yang terbaik di alam sana.
Selepas berdoa, tangan Joe mulai menyingkirkan dedaunan yang mengotori makam Jessalyn yang ditumbuhi rumput hijau segar.
"Gue balik .... Maaf kalau baru sempet ngunjungin lo sekarang. Soalnya kemarin-kemarin ada banyak badai yang harus gue lalui." Joe berkata lirih dengan sebuah senyuman walaupun netranya berkaca-kaca.
"Maaf kalau gue harus balik lagi kayak dulu. Gue mau meyakinkan diri gue sendiri kalau gue tuh bisa," lanjutnya.
Raut wajah Joe berganti berseri-seri, namun tatapannya masih berkaca-kaca. "Lo tahu nggak sih, Lyn? Kamar apartemen sebelah gue yang dulunya kamar lo ternyata udah punya pemilik baru! Gue nggak tahu dari kapan tuh orang sewa tuh kamar. Dan, lo tahu, Lyn? Tuh orang ternyata kakak kelas gue dulu waktu SD. Mana dulu sempet gue palakin. Duh, malu berat gue," ungkapnya menepuk dahi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Kosong [Choi Hyunsuk x Kawai Ruka]
Teen FictionNOT A HORROR STORY!!! Joe adalah seorang introvert yang memiliki banyak trauma karena perlakuan tak manusiawi dari kedua orang tuanya dan juga karena kehilangan sahabat terbaiknya. Joe bisa mengubah auranya tergantung tempat yang tengah ia pijaki. M...