xx. joker

20 4 0
                                    


𖤛𖤛𖤛

Derap langkah kaki yang teratur menggema di ruangan bercat putih bersih. Ruangan itu terkesan monokrom dan classy. Setiap barang yang terpajang tertata rapi dan sesuai urutan warnanya masing-masing.

Suara instrumental musik klasik Jerman Moonlight Sonata terdengar, membuat si pemilik derap kaki menari lembut. Sepasang sepatu pantofel hitam berkilau menghentak sesuai langkah pemakainya. Hingga akhirnya sosok dengan jas hitam itu terduduk di kursi yang berada di sudut ruangan. Netra tajamnya menatap sebuah figura besar yang terpajang di tembok dengan senyum lebarnya.

"Nggak ada yang salah di permainan kita. Kita cuma perlu putar otak buat bisa menyelesaikan permainan sampai tamat." Dia bermonolog dengan tawa kecilnya yang merdu namun terkesan menyeramkan.

Tangannya dengan elegan meraih kamera canon yang berada di meja sebelahnya. Mengusap bagian kamera itu pelan dan menekan tombolnya untuk mengambil gambar.

"Kita lihat aja. Siapa nanti yang berani maju ke arena terakhir buat penumpasan darah," katanya setengah berbisik.

Satu tangan lainnya meraih sebuah kotak yang berisi banyak kartu joker. Ia mengambil satu kartu joker dan memandanginya sebentar. Kartu itu kemudian ia putar-putar di jarinya, memainkannya sebagai card spinning.

𖤛𖤛𖤛

Sepatu usang milik Joe melangkahi koridor sekolah yang masih sepi. Matanya menatap kosong ke depan. Rambut merahnya terurai panjang hingga sebatas pinggang.

"Yundaaaa!"

Joe berjengit. Suara keras itu mengagetkannya. Tubuhnya diputar, Joe sedikit syok melihat Rasa dengan penampilan amburadulnya.

"Apasih? Itu seragamnya masukin dulu coba. Rambut lo kayak habis kesamber gledek tahu nggak," katanya sensi.

Rasa mengabaikan perintah Joe. Raut wajahnya terlihat panik dan melas di saat yang bersamaan.

"Ndaa, Louis meninggal," adu Rasa memasang wajah menyedihkan.

Netra Joe menyipit. "Tiba-tiba banget?"

Rasa mengangguk. "Gue niatnya mau kasih makan si Louis, tapi tuh kucing nggak ada. Gue cari tuh sampai keliling-keliling rumah, tahunya gue nemu bangkai dia di semak-semak deket taman bunga Mama," terangnya.

"Terus?" Alis Joe naik satu menatap sespupunya.

"Terus .... Louis tuh dibunuh, Nda."

"HEH?! KOK ISO?!" Joe tercengang mendengar pernyataan dari Rasa.

"Kepala Louis hampir putus, Nda ...." kata Rasa merenggut.

"Anjir. Demi apaan bisa kayak gitu?" tutur Joe tidak bisa mengakhiri keterkejutannya.

"Tapi yang aneh nih, ya .... Ada kartu joker di sebelahnya Louis. Gue mikir, orang mabuk kali ya yang bunuh Louis?" Ucapan Rasa langsung mendapatkan tampolan dari Joe.

"Yakali orang mabuk bunuh kucing. Ngadi-ngadi lo, Ras," ucap Joe jengah.

Rasa tersenyum canggung. Kemudian tangannya merogoh saku celana dan memberikan Joe sesuatu yang dikantonginya.

"Nih." Rasa menyodorkan kartu joker kepada Joe. Tangan Joe terjulur menerima kartu putih itu, lalu memandanginya dengan lamat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ruang Kosong [Choi Hyunsuk x Kawai Ruka]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang