xɪx. wishlist ayah dan bunda

28 4 0
                                    


𖤛𖤛𖤛

Akhirnya yang dinanti-nanti tiba. Pukul setengah 7 malam, Bhakti Darma sudah dipenuhi oleh siswa-siswi dengan gaun dan jas yang terpampang di badan mereka masing-masing. Acara hampir dimulai, tinggal menunggu pembukaan saja.

Aula utama yang luas tampak begitu megah dengan sorot lampu mewah di setiap sudutnya. Di salah satu sudut, terdapat podium serta tirai merah-emas yang menghiasi tembok dengan tulisan “Happy Birthday Bhakti Darma”. Ada perlengkapan musik anggota band di podium tersebut, dilengkapi juga dengan piano serta stand mic.

Gemara dan Yasha masih terlihat serius dengan percakapannya. Acaranya hampir mulai, kemungkinan besar mereka berdua tengah mengobrol tentang acara pembukaan.

Tak lama kemudian, Gemara yang mengenakan dress merah mulai naik ke podium dengan mikrofon dan naskah di tangannya. Setelah menghirup nafas dalam-dalam, Gemara mulai mendekatkan mikrofon ke bibirnya dan menyapa riang kepada seluruh warga Bhakti Darma.

"Hai, hai, hai! Selamat malam, good evening, bonsoir, kembali lagi bersama gue yang bakal menemani kalian malam ini! Selamat datang kepada seluruh warga Bhakti Darma yang berkenan hadir. Yang nggak hadir, santai aja, soalnya dari tadi pagi live-nya belum mati kok, jadi tenang aja," celoteh Gemara begitu lincahnya.

"Nah, untuk membuka prom night ini, kita bakal lihat dulu nih penampilan spesial dari Joheera, pilihan khusus dari Tuan Dewata," sambung Gemara tersenyum ria.

"Joheera mana, Joheera? Naik ke sini dong. Say hai dulu sama chingu-chingu sekalian." Gemara melambai pada perempuan ber-dress hitam yang sedikit berlari menuju podium. Joe menaiki podium dan berdiri di sebelah Gemara dengan tangan yang melambai ke warga Bhakti Darma yang mulai mengalihkan fokus ke podium.

"Halo semuanya. Sorry ya kalau bosen lihat muka gue mulu dari tadi pagi. Gue nggak tahu juga kenapa bisa dikontrak gini sampai malem. Gelo banget," kata Joe dengan mikrofon putihnya.

"Dih, dijadiin artis masa nggak mau," goda Gemara menaikan alisnya jahil.

"Nggak minat. Mending rebahan," balas Joe.

Gemara tertawa dan menjauhkan mikrofonnya. Setelah tawanya reda, barulah ia mendekatkan kembali mikrofonnya.

"Anti QnA lagi ya, guys. Kita gercep aja biar nggak kemaleman. Ini dia, penampilan dari pianis dan biduan kontrak kita~" Gemara mengedipkan satu matanya. Joe memutar bola matanya jengah dan menuju ke piano yang sudah berada di atas podium.

Instrumen intro lagu disenandungkan. Detik itu pula tepuk tangan meriah bersorakan. Joe tersenyum kecil memamdangi jemarinya yang bergerak tenang di atas tuts piano.

Instrumen yang dibawakan kali ini tidak melow-melow sebagaimana genre kesukaan Joe. Yang dibawakan kali ini adalah senandung nada tenang dari Fur Elise. Instrumennya mewah, membuat siapapun berdecak kagum saat melihat.

"She's so beautiful." Seorang lelaki berambut hijau dengan setelan jasnya memuji penampilan Joe.

𖤛𖤛𖤛

"Ini sirup marjan, ya?" tanya Janu mengangkat gelas berisi cairan merah dan menerawangnya.

Starla menghela nafas. Ia menoyor pelan kepala temannya itu. "Jangan norak, anjir!"

"Itu wine, Nu." Mendengar ucapan Haru, Janu hampir melempar gelas ramping itu ke wajah Haru, untung langsung dicegah oleh Starla.

"Itu soda, anjir, Nu. Beneran norak lo, ah," decak Starla menatap Janu kesal.

Ruang Kosong [Choi Hyunsuk x Kawai Ruka]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang