ɪᴠ. okaeri, arkasa

43 8 0
                                    


𖤛𖤛𖤛

Joe meringis perih memegangi salah satu pundaknya yang terlapisi jaket abu-abu. Luka-lukanya baru diobati oleh Mama Evi tadi pagi, lukanya masih basah.

Kemarin, sehabis menangisinya, Bunda malah pergi ke kamar dan mengunci kamarnya. Joe dengan sekuat tenaga bangkit dan menyeret tubuhnya menuju ke rumah sebelahnya, rumah Mama Evi. Namun ternyata Mama Evi masih bekerja, jadi Joe hanya bisa duduk diam sampai tertidur di sofa ruang tamu karena keadaan rumah sangat sepi.

Barulah tadi pagi Esa berteriak histeris hingga membangunkan Rasa. Mama Evi yang baru sampai di pintu berjengit kaget mendengar teriakan melengking anaknya. Buru-buru Mama Evi berlari dan berganti histeris karena menyaksikan punggung Joe dan sofa sudah dipenuhi darah. Belum sempat Mama Evi berganti baju, dia buru-buru mengobati Joe dan menyuruh agar Joe menetap di rumahnya saja, tidak ke mana-mana. Bahkan Mama Evi melarangnya keras untuk pergi ke sekolah.

Kini, Joe menaiki ayunan di taman bermain setelah memohon-mohon kepada Mama Evi. Sebenarnya Mama Evi tidak membolehkan, tapi sebab kasihan dia mempersilahkan Joe pergi asalkan bersama dengan Rasa yang ia suruh tidak masuk sekolah. Ibu idaman sekali, bukan? Adakah yang merasa iri?

"Udah dibilangin buat di rumah aja sama Mama, tapi Yunda ngeyel sih," tutur Rasa yang menaiki ayunan dengan berdiri. Dia ini memang tipe-tipe anak yang pecicilan.

"Pengap," balas Joe singkat.

"Nda?"

"Hm?"

"Yunda kenal temen gue?"

"Temen?" Dahi Joe mengkerut bingung.

"Yang kamarnya di sebelah kamar apartemen lo itu."

"Nggak kenal, nggak tahu," jawab Joe tak acuh.

"Loh? Tapi kok Harta kenal sama Yunda?" Ganti Rasa yang bingung.

"Harta?"

"Iya. Namanya tuh Harta Skylar. Mungkin Yunda pernah denger namanya?"

"Harta .... Nggak tahu."

𖤛𖤛𖤛

"Raksa, gila! Udah berapa hari lo nggak pulang ke rumah? Nggak punya rumah, lo?"

Garva menepuk bahu temannya yang tampak kuyu seperti tidak ada semangat di pagi hari ini. Jam kuliahnya masuk masih pukul 9 nanti, sekarang Garva dan Raksa sedang berada di warnet depan universitas dengan dua cup kopi di hadapannya.

"Bacot, Gar. Lagi pusing gue tuh, nggak usah bahas yang lagi males gue bahas," sahut Raksa menyeruput kopinya.

"Tugas gue yang minggu kemarin belum sempet di-acc, orang tua gue malah berantem mulu, stress gue, Gar." Raksa menyenderkan tubuhnya pada senderan kursi dan menghela nafas banyak-banyak.

Garva tertawa kecil. "Orang tua lo tuh dua-duanya psikopat. Mau lo ajak damai ya kagak bakalan bisa."

Raksa meraup wajahnya lelah. "Adik gua, Gar. Anjing lah, nyawa adik gue terombang-ambing gara-gara bokap-nyokap gue," katanya penuh kepasrahan.

"Adik lo? .... Yang namanya Joheera itu?" tanya Garva menatap rekannya.

"Iya, dia adik perempuan gue. Kayaknya lo pernah lihat dia deh, masa nggak inget sih lo?" Netra Raksa melirik Garva.

Ruang Kosong [Choi Hyunsuk x Kawai Ruka]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang