𖤛𖤛𖤛Masih seperti hari-hari biasanya, Joe menunggu bis di halte depan gang komplek dengan kaki yang terayun pelan karena tidak sampai menyentuh ke tanah. Ini masih pukul setengah 6, masih pagi sekali. Sedangkan bis mulai datang dijam enam tepat. Joe harus menunggu setengah jam lagi.
Sebenarnya dari jam 5 tadi Joe sudah berjalan kaki dari apartemennya menuju ke halte depan komplek. Sebab, jika dari apartemen, sekolahnya akan lebih jauh lagi jaraknya.
Joe ini tipe-tipe manusia rajin, tapi terlalu rajin sekali. Padahal Esa masih meracau tidak jelas di kasur tidur, tetapi Joe sudah menjinjing tas seakan-akan siap untuk menempuh perjalanan jauh.
"Otak lo tuh emang terbuat dari sel yang beda, ya? Orang waras mana yang udah duduk sepagi ini di halte buat nunggu bis?"
Kepala Joe melirik ke arah kirinya, lalu kembali ke depan. Merasa tidak peduli dengan suara yang menginterupsinya. Pemilik suara itu adalah Harta, lelaki berambut hijau yang disebut kakak preman oleh Joe.
"Lo tuh ya, hhh .... Gue harus ngomong dua kali dulu, ya? Biar lo paham." Harta berdecak sebal.
"Nggak juga, kamu sok asik," cetus Joe melengoskan wajahnya tak suka.
Hening, tidak ada percakapan lagi. Joe merasa jika ada seseorang yang duduk di sebelahnya yang tak lain adalah Harta.
"Lo anak SMA, ya? Gue kira awalnya lo anak SD nyasar," celetuk Harta ringan.
Joe mendelik. "Kecil banget?!" protesnya tak terima.
Harta tekekeh. "Ya .... Kan gue nggak tahu. Gue kira lo anak SD, ternyata anak SMA. Lo anak SMA mana?" lanjutnya bertanya.
"Kakak preman tuh bawel banget deh! Nggak lihat ini almamater sekolah Joe? Perasaan punya mata deh, masa nggak lihat," celoteh Joe sebal.
Tanpa peduli dengan Harta, Joe beranjak pergi berlari di trotoar ke arah menuju sekolahnya. Rasanya sangat tidak nyaman berbicara dengan orang yang tiba-tiba sok akrab dengannya.
"Ganteng tapi sok akrab banget, bikin risih," bisik Joe pada dirinya sendiri.
Harta hanya tersenyum dan menghembuskan nafasnya dalam-dalam.
"Itu dia. Dia yang gue cari."
"Tato kupu-kupu itu bener-bener buktiin kalau dia itu Joheera Skyla."
Harta bermonolog menatap arah kepergian Joe menggunakan mata tajamnya diiringi dengan lekungan tipis bibirnya.
𖤛𖤛𖤛
Rombongan motor ninja berwarna hitam berjajar rapi di depan sebuah ruko yang tembok luarnya penuh dengan coretan abstrak pilok. Di dalamnya, banyak sekali orang-orang yang tengah menangkring sembari bercakap-cakap santai. Beberapa diantaranya ada yang menaikkan kaki ke kursi, bahkan ada yang duduk di meja dengan tidak sopannya.
"Ini nggak ada yang mau pergi ke sekolah? Enak-enak lo pada nangkring di sini." Seorang lelaki dengan tindik hitam di salah satu telinganya menatap heran beberapa orang yang masih delosoran di karpet bulu di bawah. Panggil saja dia dengan sebutan Bang Garva.
"Santai ae, Bang! Masih jam tujuh ini tuh! Nanti gue cabut jam setengah delapan!" Perempuan dengan ikat rambut ponytail menyahut santai, ia adalah Starla. Sosok perempuan tomboy dengan gaya songongnya.
"Perasaan zaman gue jam tujuh udah bel deh," gumam Bang Garva menggaruk kepala bingung.
Pemuda berambut coklat—Janu—merangkul pundak Bang Garva. "Sekarang tuh sekolah suka-suka sendiri, Bang. Peraturan ada untuk dilanggar!" ucapnya ceria yang dihadiahi tepukan tangan oleh banyak orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Kosong [Choi Hyunsuk x Kawai Ruka]
Teen FictionNOT A HORROR STORY!!! Joe adalah seorang introvert yang memiliki banyak trauma karena perlakuan tak manusiawi dari kedua orang tuanya dan juga karena kehilangan sahabat terbaiknya. Joe bisa mengubah auranya tergantung tempat yang tengah ia pijaki. M...