ɪx. hello, bastard

36 7 0
                                    


𖤛𖤛𖤛

Buttercup Curse artinya adalah kupu-kupu kutukan. Menyeramkan sekali, bukan? Entah bagaimana Joe bisa terpikirkan dua kata aneh tersebut. Awalnya Joe berpikir oleh kata buttercup. Buttercup merupakan julukan untuk kupu-kupu karena sayapnya yang cerah dan berwarna-warni. Ya, hanya itu saja. Kedua, secara tiba-tiba kata curse lewat disekelebat pikirannya. Ketika Joe menceletuk Buttercup Curse, semua anggota gengnya hanya iya-iya saja.

Seminggu setelah itu, peresmian logo geng Buttercup Curse diadakan. Dua minggu setelahnya ada box besar berisikan jaket leather hitam di depan markas Buttercup Curse. Kata Arkan—ketua Buttercup Curse—jaket tersebut sebagai ciri khas mereka. Ikut-ikutan film Anak Jalanan kalau kata Arkan.

Sekarang Joe berada di balkon kamarnya, merenungi nasibnya ditemani angin malam yang berhembus awut-awutan. Jaket Buttercup Curse miliknya dibawa pulang oleh Haru. Takut dicabik-cabik oleh Joe, katanya. Bangsat memang.

"Joe? Joe? Di dalem, nggak?"

Suara itu memecah lamunan Joe. Netra kucingnya melirik sinis ke belakang. Dengan ogah-ogahan sekali, ia menyahuti kakaknya.

"Nggak dikunci!"

Cklek

"Di mana?" tanya Raksa setengah berteriak.

Joe berdecak. "Pakai mata!" sebalnya.

Senyum Raksa merekah lebar. Langkah kakinya bergegas melangkah ke balkon kamar adiknya.

Angin malam ini sangat kencang. Terbukti dengan tirai sliding door Joe yang berterbangan tak berarah. Pintu kaca itu terbuka setengah, sedikit menampakkan pemandangan di luar sana.

Joe melirik ke atas saat dirasa ada yang menepuk pucuk kepalanya. Ia menguap kesal. Tidak berniat menyapa Raksa yang menghampirinya.

"Sorry, ya. Kak Nandine tadi kecelakaan," ucap si kakak penuh kelembutan.

"Gimana?" tanya Joe.

Kening Raksa berkerut. "Gimana apanya?"

"Cewek Raka. Sekarat, nggak?" tanya Joe tanpa dosa.

"Hush! Nggak baik ngomong gitu. Kamu tuh kenapa sih? Kak Nandine baik loh sama kamu, kok kamunya gini terus?" ucap Raksa heran.

Joe menghela nafas malas. "Iya. Dulunya aku pikir semua orang baik, Raka," sahutnya.

Raksa terlihat kaget. "A-aku?" beonya bingung. Tak biasa sekali Joe melafalkan kata “Aku” untuk menyebut dirinya sendiri. Biasanya gadis kecil itu akan menyebut namanya.

Joe tekekeh remeh. "Aku udah berusaha sejauh ini, Raka. Lebih dari satu tahun. Aku pikir, dengan aku yang berubah jadi anak baik, aku bisa dapetin semua hak aku, ternyata justru lebih parah. Satu tahun itu juga aku kira Raka bakal pasang posisi siaga di belakang aku, tapi ternyata Raka malah milih buat punya hubungan sama cewek nggak jelas itu. Aku tersiksa, Raka," ungkapnya panjang.

"Tapi kita semua pengen lakuin itu karena itu demi kebaikan kamu, Joe. Raka punya hubungan sama Kak Nandine buat cariin kamu temen," sanggah Raksa.

"Iya! Gitu aja terus! Cari pembelaan di atas rasa sakit aku!"

"Semuanya sakit, Joe! Bukan cuma kamu!"

"Ngomong aja kalau Raka pengen bela cewek nggak jelas itu! Aku tuh udah muak sama rasa sakit yang dikasih sama Ayah-Bunda. Mending-mending aku yang dulu, Raka ...."

"Kamu mau jadi anak durhaka?!"

"Durhaka sama bela diri sendiri itu beda, Raka! Raka pengen aku mati di tangan Ayah-Bunda?!" Nafas Joe memburu. Matanya berkilat-kilat. Dia dikuasai oleh emosi.

Ruang Kosong [Choi Hyunsuk x Kawai Ruka]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang