Prolog

88 21 9
                                    

⚠️HENTIKAN BUDAYA PLAGIAT⚠️

.

.

.

.

.

15.20

Seorang murid perempuan dari SMA ADARLAN pulang dengan baju yang lusuh, rambut berantakan dan wajah yang kusut. Ia berjalan sendirian dengan kepala yang tertunduk, malu dengan orang-orang yang menatapnya aneh.

SMA Adarlan adalah sebuah sekolah di Ibu Kota yang banyak diminati oleh kalangan siswa menengah atas. Sekolah ini adalah sekolah terfavorit dan berkualitas. Banyak anak yang berlomba-lomba masuk ke sekolah ternama itu. Namun, tidak sembarang anak akan diterima. Karena penyeleksian di sana sangatlah ketat, sehingga tidak sedikit anak yang gagal. Hanya anak-anak berkualitas tinggilah yang diterima di sana.

Meskipun begitu, berkualitas bukan berarti anak-anak di dalam nya berkualitas juga. Maksudnya, tidak semua anak yang diterima di sekolah itu memiliki sikap dan akhlak yang baik.

Contohnya, di dalam sekolah Adarlan tak sedikit banyak oknum-oknum yang meresahkan, seperti para pembuli, gangster bahkan hacker pun ada.

Apa mungkin itu baik? Tidak bukan?

Mungkin Adarlan hanya lah kedok bagi mereka yang tidak mengerti artinya kualitas.

GAZZA, salah satu korban bulian teman sekelasnya. Seorang penyendiri dan kutu buku. Ia menghabiskan waktu istirahat nya dengan membaca buku di perpustakaan, jika selain itu, ia mungkin tengah dibuli oleh teman-temannya. Hanya itu yang menjadi rutinitas nya saat di sekolah.

Jika tidak dibuli saat istirahat, mungkin saat pulang sebagai gantinya. Jarang ia pulang dengan keadaan tenang dan aman.

"Hahh ... itu mungkin hanya sebatas mimpi bagi orang sepertiku"

   ceklek!

"Aku pulang ..."

   PRANGG!!!

"   . . . ?!!  "

"DASAR PEREMPUAN GAK BERGUNA! PERGI KAU DARI HADAPANKU!"

"KAU YANG PERGI DARI RUMAHKU!!"

   PLAKK!

   BRUGH!

Gazza terdiam kaku kala mendengar keributan itu. Jantungnya berdebar kuat dan darahnya berdesir cepat. Ia dengan segera berlari keasal suara dan langsung menemukan ibunya yang duduk tersungkur seraya menangis sesenggukan. Tangan kirinya menempel disalah satu pipi.

"Ibu! Ibu!!" pekik Gazza. 

Gazza melompat kehadapan ibunya lalu memeluknya dengan erat. Bergerak untuk menghadang ayahnya yang mendekat.

"KAU!"

"Ayah, hentikan! kasihan ibu!" seru Gazza dengan nada memelas. Kedua matanya tak tahan melihat kondisi ibunya yang memprihatinkan.

Sang ayah yang berada tepat di hadapan nya pun terdiam seraya menatap tajam Gazza. Selang beberapa detik ia pergi dari rumah.

"Hiks ..."

Gazza memejamkan mata nya sejenak kemudian menghembuskan nafas panjang. Ia menatap sang ibu dengan lembut sekaligus khawatir.

"Ibu ... ayo Gazza antar ke kamar" 

Ibunya hanya bisa mengangguk. Ia digandeng lembut oleh sang anak kekamarnya yang berada di lantai dua, sejajar dengan kamar Gazza.

   ceklek ...

"Ibu istirahat ya. Gazza mau ke kamar dulu." ucap Gazza lalu berlalu dari kamar sang ibu.

Ayah dan ibunya bertengkar sudah biasa terjadi di depan matanya. Sehingga tidak aneh bila pulang sekolah langsung disuguhkan hal itu. Pertengkaran seperti sudah bersarang saja di rumah mereka.

Ibunya yang selalu menjadi bahan pelampiasan hanya bisa sabar dan menerima semua perlakuan suaminya. Jika pun melawan, malah akan tambah buruk seperti tadi. Untung setiap kali Gazza meminta ayahnya berhenti, ayahnya akan berhenti dan berlalu begitu saja.

Dengan kegelisahan yang masih membayang-bayang, Gazza berusaha untuk melupakannya dan tidur. Ia beberapa kali melirik jam.

22:16

Saat sedang pasrah dengan keadaan, tiba-tiba sebuah pemikiran melesat diangan-angannya.

"Mungkin alam mimpi akan sedikit memberi ketenangan untukku"

Cepat-cepat gadis itu menutup kedua mata, berusaha kembali untuk tidur.

.

.

.

.

.

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA💋🖤

Story For GazzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang