18. Pemimpin generasi ke-2

8 3 0
                                    

⚠️HENTIKAN BUDAYA PLAGIAT⚠️

.

.

.

.

"Gazza"

"   . . .   "

"Gazza?

"   . . .   "

"Gazzaaa"

"   . . .   "

"Hmph!"

Odelia memberengut sendiri karena panggilannya dari tadi tak dibalas oleh anak perempuan di samping nya itu. Ia bingung plus kesal karena Gazza sejak kembali ke kelas tadi pagi jadi pendiam sekali sampai sekarang. Berkali-kali ia tanya, jawabannya tetap sama. Tidak apa-apa, tidak apa-apa dan tidak apa-apa.

Untuk yang kesekian kalinya Odelia memanggil anak itu dibarengi guncangan kuat hingga si empu menoleh dengan kaget.

"Eh! Iya? Sudah sampai?" kata pertama gadis itu setelah sekian lamanya termenung.

"Belum!" ketus Odelia.

Gazza pun mengangkat kedua alisnya, bingung. Kenapa nada jawaban Odelia sebegitu rupa?

"Ada apa?" tanyanya.

"Harusnya aku yang tanya itu!" jawab Odelia.

Gazza pun menundukkan kepalanya seraya menghela nafas panjang. Seolah berkata maaf.

"Damian menyukaiku"

"APA?!"

Sontak Odelia menatap Gazza kaget. Sekarang wajah kesal nya telah tergantikan dengan wajah itu. Ia menatap Gazza cukup lama sampai berkata ...

"Serius?"

"Iya"

Odelia pun membekap mulutnya yang menganga lalu memegang kokoh kedua pundak Gazza dengan antusias.

"Wahh! Itu sungguh bagus Gazza! Terima!"

"Tidak!"

"Kenapa?"

"Dia bilang suka saja, bukan mengajakku pacaran"

Odelia diam sejenak dan menurunkan kedua tangannya.

"Hmm ... betul juga. Tapi-- kau juga menyukainya, kan?" tanya Odelia, memastikan.

Gazza menatap gadis itu dengan tatapan tercengang, lalu menunduk.

"Aku tidak pasti ... tapi, setiap kali aku melihatnya, hatiku terasa aneh. Sulit dikendalikan" terang Gazza, gugup.

Odelia mengulum senyum.

"Jawaban yang sangat polos" batin nya. Ia lalu menepuk pelan pundak Gazza. "Itu berarti kau juga menyukainya" 

"   . . .   "

Menyukainya ...?

Gazza menatap Odelia cukup lama.

"La--lalu aku harus bagaimana?"

"Kamu coba saja untuk setenang mungkin menghadapi Damian. Lalu sering-sering lah menghabiskan waktu dengannya. Buat dia nyaman di dekat mu, dilain waktu pasti dia akan menempatkanmu sebagai orang spesial di hati nya"

"Percayalah, dia akan menyebutmu kekasih tanpa harus menyatakan bahwa kau kekasihnya"

Penuturan itu membuat bibir mungil Gazza melengkung ke atas. Ia senang mendengar nya, bisa jadi hal tersebut adalah pelajaran baru untuknya.

Story For GazzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang