Typo🙏
Happy Reading...!!!Sore pun tiba, waktunya Shani untuk pergi menemui teman-temannya. Namun seperti biasa ia harus dihadapkan dengan drama Chika. Sejak bangun tidur, Chika sama sekali tidak beranjak dari pangkuan Shani. Seperti saat ini dia masih betah memeluknya di tempat tidur. Cio yang sudah bangun lebih dulu harus mencari cara agar Chika mengijinkan Shani.
"Sama papa yu kak. Katanya Oma bikin brownies loh. Kamu suka itu kan?"bujuk Cio.
"NGGAK! kakak mau sama mama aja pah! Mama gak boleh pergi."ucapnya sambil mendongak menatap Shani. Matanya mulai berair, bibirnya terus mencebik.
"Sayang nanti kan mama pulang kesini lagi. Mama gak lama ko, sebentar aja, ya."
"GAK BOLEH!"
"Eh ko gitu sama mamanya?"tegur Cio.
"Huwaaaaaaa mama, jangan pergi maaa! Nanti kakak sama siapa kalo mama pergi???"tangis Chika semakin menjadi, sesekali ia mengguncangkan tubuh Shani. Dan pukulan kecil pun Shani dapatkan di lengannya. Namun Shani sebisa mungkin harus sabar dalam menghadapi Chika yang tantrum.
"Hei!"Cio menepis tangan Chika. "Papa gak pernah ya ajarin kamu mukul kaya gitu!"tegur Cio lagi.
"Mas! Udah biarin dia nangis dulu, lagian gak sakit ko."
"Kebiasaan nanti sayang,"ucap Cio. Shani menggelengkan kepalanya sebagai tanda agar Cio menyudahinya. Chika terus menangis tak henti di pelukan Shani. Shani, Cio mereka hanya diam dan mendengarkan racauan dan tangisan Chika. Setelah beberapa menit, kini hanya isakan kecil saja yang terdengar. Mungkin Chika sudah lelah.
"Udah nangisnya?"tanya Shani, ia mengusap pipi Chika yang basah.
"Sayang, aku ke bawah dulu deh. Mau ngopi sore, sakit kupingnya dengerin dia nangis mulu."pamit Cio.
"Ck, apaan sih kamu mas. Sama anak sendiri ko gitu?"
Tanpa memperdulikan ucapan Shani, Cio kemudian berlalu.
"Kalo udah tenang, kamu ke bawah juga ya."ucapnya di ambang pintu. Terkadang Shani juga heran, Cio sebagai ayahnya tidak bisa membujuk Chika. Mungkin karena memang dia seorang laki-laki jadi kurang mengerti apa yang diinginkan anaknya."Udah ya, jangan nangis lagi."
"Hiks...hiks... mama pokoknya gak boleh pergi. Mama disini aja!"
"Sayang, dengerin mama deh. Mama pergi cuman sebentar, habis itu kesini lagi. Mama janji."
"Kalo gitu Kakak ikut mama,"
"Mama mau ketemu sama temen-temen mama, nanti kamu disana bosen kak. Apalagi disana gak ada tempat mainnya. Jangan ya, tunggu disini aja sama papa, sama oma, sama onty juga."Shani terus berusaha membujuk Chika. Meskipun dia rasa Chika tidak akan mengijinkannya.
"NGGAK hiksss... Kakak ikut mama."tolak Chika dengan airmata yang terus mengalir. Seberat itukah ia mengijinkan Shani pergi. Shani menatap Chika dalam, berpikir sejenak apakah memungkinkan untuk membawa Chika kesana.
"Ya udah kalo gitu, tapi kakak disana jangan rewel ya."
"Hiks...hiksss...iya nggak ma. Asal Kakak selalu sama mama."ucapnya yang kini memeluk Shani erat. Tangan mungilnya itu melingkar di pinggang Shani.
"Kalo mau ikut ayo mandi dulu,"
"Sama mama?"
"Iya."
Mereka pun melakukan aktivitas sorenya. Setelah selesai dan berganti pakaian Shani meminta ijin pada Cio untuk mengajak Chika. Meskipun awalnya Cio tidak mengijinkan, tapi Shani berusaha meyakinkan Cio kalau Chika nanti tidak akan merepotkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersama [Greshan]
RomanceKehilangan seseorang akan selalu menjadi luka terdalam.