Pertama kali aku melihatnya melalui televisi. Saat itu aku terkejut, dan juga kagum.Semua aksinya, semua prestasinya, dia adalah seseorang yang luar biasa. Aku mengaguminya, dialah idolaku satu-satunya. Tapi, aku sadar kalau aku bahkan tak akan ada tempat untuk berada di dekatnya.
Karena dia adalah orang terkenal dan aku hanyalah orang biasa. Jadi, sudah tentu aku akan diacuhkan apabila dekat dengannya.
Meskipun tidak bisa menjadi orang terpilih yang bisa melihatnya secara langsung, setidaknya dia bisa memotivasi diriku untuk merubah kepribadian yang suram ini menjadi lebih baik.
Leo, tujuh belas tahun dan kelas dua sma. Idol yang sangat aku kagumi ini bernama Yuki Futaba yang jarak umurnya tiga tahun lebih tua dariku. Jika bicara tentang kejujuran, sudah tentu aku menyukainya. Tapi, aku sadar diri dengan diriku yang tidak bisa apa-apa. Apalagi aku hanyalah seorang pelajar kelas dua sma yang tidak bekerja.
Yang bisa aku lakukan saat ini hanya satu hal, yaitu belajar. Di era modern ini banyak sekali para remaja yang menganggap sekolah itu tidak penting, atau sekolah itu hanya scam. Padahal sekolah itu adalah bekal untuk mencapai kesuksesan.
Aku berbeda dengan semua temanku. Mereka semua memiliki pacar, ada yang satu kelas ada juga yang beda kelas. Beberapa dari mereka selalu bertanya kepadaku.
"Hei, kenapa kau tidak punya pacar?"
Atau semacamnya. Padahal yang aku suka hanyalah Yuki Futaba, yaitu seorang idol yang sangat kugemari itu. Mungkin karena itulah saat aku melihat orang paling cantik di sekolah pun aku memasang reaksi biasa-biasa saja.
"Hei Leo, kau itu tidak normal kan?"
"Hm? Apanya?"
Orang ini bernama Hamzah. Dia satu-satunya teman yang paling akrab denganku dan selalu berbicara denganku.
"Yah itu, lihatlah kecantikan dari primadona sekolah kita. Putri Salsabilla, dia sangat cantik bukan?"
Saat dia bercerita tentang orang yang bernama Putri itu, aku memasang muka masam tidak peduli dan hanya melanjutkan makanku saja.
Saat ini kami sedang berada di kantin dan jam istirahat sekolah. Karena itulah Hamzah punya kesempatan untuk melihat orang yang katanya primadona sekolah itu.
"Setidaknya kau itu pasang muka sedikit peduli kek! Dia adalah perempuan tercantik di sekolah kita loh. Masa kau tidak tertarik sedikitpun, kau itu normal atau tidak sih?" Tanya Hamzah kepadaku.
Yah sejujurnya aku ini normal, atau mungkin karena yang aku suka hanya Yuki jadi standarku terhadap perempuan terlalu tinggi ya?
Tentang kesukaanku ini tidak ada yang mengetahuinya kecuali aku, karena aku tidak pernah menceritakannya kepada siapapun. Kalaupun ada yang tahu, itu hanyalah kedua orang tuaku karena mereka sering melihatku menonton dramanya.
"Tentu saja aku normal. Maksudku untuk apa kita mengaguminya kalau kita sudah pasti tidak akan mendapatkannya." Jawabku.
"Jawabanmu benar juga ya Leo. Tapi, mau bagaimanapun sulit untuk tidak mengaguminya."
Aku rasa perkataan itu juga cocok untuk diriku sendiri. 'Untuk apa kau mengaguminya jika kau tak bisa mendapatkannya.'
Lalu secara tidak sengaja seseorang yang bernama Putri itu melihat ke arah kami dan matanya bertemu dengan mata Hamzah. Sedangkan diriku hanya fokus pada makananku sendiri.
Hamzah pun langsung memalingkan muka setelah matanya secara tidak sengaja bertemu dengan mata orang yang bernama Putri itu."Waduh dia melihatku."
"Dia melihatmu hanya sebagai karakter sampingan Hamzah. Lihatlah setelah itu dia duduk normal di tempatnya."
"Kata-katamu ternyata bisa menyakitkan juga ya, tapi aku tidak bisa menyangkalnya karena itu memang kenyataannya. Dia adalah tokoh utama sedangkan kita hanyalah karakter sampingan yang melengkapi isi cerita saja."
"Karakter sampingan ya ...."
Sepertinya itu berlaku untuk semua manusia yang tidak disorot maupun diperhatikan oleh dunia.
Mereka yang terkenal, mereka yang sering diperhatikan, mereka yang memiliki banyak kemampuan, ataupun mereka yang terlahir jenius, mereka jugalah tokoh utama di dunia ini.
Untuk menjadi karakter sampingan itu mudah, cukup menjadi orang yang tidak bisa apa-apa saja kau sudah menjadi karakter sampingan. Tapi untuk menjadi karakter utama itu tentu sangat sulit.
Jika kau tidak punya bakat maka kau harus berusaha keras, jika kau jenius kau harus konsisten agar kemampuanmu tidak menurun.
Jadi, jika orang lain bisa kenapa aku tidak bisa? Bahkan orang jenius pun tetaplah seorang manusia, dia bukanlah alien ataupun robot.
Dia adalah manusia yang bisa ditiru dan dipelajari kemampuannya.
"Hei Leo, kau daritadi melamun terus. Ada apa? Apa mungkin kau sudah tertarik dengan Putri?"
Tiba-tiba Hamzah memecah keinginanku.
"Tidak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Leo : Dia yang Seorang Idola[ TERBIT ]
Teen FictionWaktu itu, aku sedang menonton televisi karena aku tidak punya sesuatu yang ingin dilakukan. Nilaiku juga hanya biasa-biasa saja. Tapi, tiba-tiba ada seorang idola yang bersinar di televisi saat aku sedang menonton. Leo Kasandra adalah seorang pelaj...